Situasi dan kondisi jaman ini sungguh
memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap komitmen anak muda dalam
menanggapi dan menghayati panggilan. Dunia modern yang memberikan
tawaran-tawaran menarik serta kemudahan-kemudahan membuat anak muda jaman ini
kurang memiliki daya juang yang cukup kuat untuk berkomitmen terhadap
panggilan.
Memahami secara jernih dan mendalam
para formandi sebagai produk anak jaman ini kiranya merupakan tuntutan mendesak dan
penting untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri sebagai
formator. Pada saat yang sama, secara cermat dan serius perlu juga ditemukan
langkah-langkah kongkrit yang perlu diambil untuk memperbaiki sistem dan proses
formasio yang telah berjalan selama ini, baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang. Lebih dari itu, mengingat kompleksitas permasalahan yang harus
dihadapi, kekuatan dan keterbatasan yang beragam dalam setiap pribadi formator
penting dan mendesak pula untuk memikirkan pula hal-hal konkrit yang dapat
mengembangkan semangat kerja di antara para formator sebagai tim baik yang
bersifat intra entitas maupun antar entitas.
Beranjak dari keprihatinan dan sekaligus
tantangan yang diberikan oleh dunia jaman ini, maka maka pertemuan akbar
formator scj Indonesia kali ini mengambil tema: MEMAHAMI FORMANDI
SEBAGAI ANAK JAMAN.
Pertemuan 2 tahunan ini mengambil tempat di Biara Gembala Baik (BGB) Gisting,
Lampung dan dilaksanakan
dari tanggal 6 sampai dengan 8 Januari 2015. Pertemuan kali ini dihadiri oleh Pater Propinsial SCJ, Rm.
Andreas Madya Sriyanto SCJ, dan formator dari Skolastikat, Novisiat-postulat,
Seminari, Pembimbing Penpas dan TOPPer, serta koordinator Bruder dan
koordinator promotor panggilan.
Dalam Misa
Pembukaan pertemuan, Rm. Priyo SCJ sebagai supervisor komisi formasio mengatakan pentingnya para
formator memiliki ‘sepatu’ yang sama yaitu metode yang tepat dan sama untuk
membantu para formandi berkembang sesuai dengan jamannya. Rektor skolastikat SCJ Yogyakarta ini
juga mengingatkan bahwa formator utama adalah Roh Kudus, sehingga para formator
harus senantiasa menyatukan diri dengan Roh Kudus sebagai formator utama.
Rm. Yulius
Sunardi SCJ menyoroti tentang komitmen panggilan, faktor-faktor komitmen, dan
serta insignts bagi formator, khususnya bagi formandi sebagai anak jaman ini.
Doktor Psikologi Klinis yang baru lulus ini juga memberikan masukan mengenai
gap generation, bahwa ternyata gap generatian itu penting dan diperlukan bagi
formasio. Yang pelaing penting adalah Seberapa jauh formator harus kembali ke
titik berangkat seorang formandi, sehingga keduanya (sebagai formator-formandi)
berjalan bersaman untuk mencapai titik yang ditargetkan.
Dalam
masukannya, Pater Propinsial, Rm. Andreas Madya SCJ menyoroti pentingnya
formator untuk memahami formandi sebagai anak jaman. Maka formator scj harus
membimbing formandinya dengan hati. Karena bagaimanapun Formandi bukanlah seperti selembar
kertas kosong atau sebongkah tanah lempung, mereka sudah memiliki bentuk dan isi sesuai dengan
jaman mereka dan mereka dipanggil oleh Allah. Pater Propinsial juga
mengungkapkan tantangan yang dihadapi oleh propinsi Indonesia khususnya
keterlibatan SCJ Indonesia di dunia internasional.
Akhirnya Pertemuan
Akbar formator ini menghasilkan beberapa rekomendasi, baik untuk Provinsi SCJ
Indonesia, bagi komisi formasio itu sendiri maupun bagi formator di setiap
jenjang formasio. Pertemuan ditutup perayaan ekaristi bersama dengan komunitas
postulat dan novisiat di kapel Postulat-Novisiat.
Foto-foto bisa di lihat di: https://plus.google.com/photos/111270483211043858584/albums/6103258173027568273
Foto-foto bisa di lihat di: https://plus.google.com/photos/111270483211043858584/albums/6103258173027568273
Tidak ada komentar:
Posting Komentar