SUPERIORE GENERALE
CONGREGAZIONE DEI SACERDOTI
DEL SACRO CUORE DI GESù
Dehoniani
_________________________________________________________________________
Prot. N. 0139/2015
Roma, 1 Maret 2015
Sebuah
kekuatan yang menghasilkan kehidupan
Untuk para anggota
Kongregasi
Semua anggota
keluarga dehonian
Saudara-saudari keluarga
dehonian yang terkasih,
Sekali lagi, dan untuk
terakhir kalinya, kami menulis surat pada kesempatan ulang tahun Pater Dehon
yaitu tanggal 14 Maret. Sebenarnya, tidak sekedar mengingat sebuah tanggal,
tetapi mengenang seorang pria yang pendekatannya kepada Allah dan yang
pemahamannya tentang Kerajaan Allah melahirkan gerakan yang masih hidup sampai
hari ini serta yang menarik banyak orang untuk bersama-sama bergabung ke dalam
keluarga dehonian: perempuan, laki-laki, anak-anak, tua-muda, orangtua, orang yang
belum menikah, kaum awam dan religius. Kami ingin melihat dalam diri Pater
Dehon, seuatu yang baru. Tak bisa lain kecuali terus menggali untuk mendapatkan
aspek-aspek dan wawasan baru yang masih tersembunyi dari kita hingga kini. Dan
hal-hal yang telah Tuhan berikan kepada kita dalam diri Rm. Dehon.
Melalui surat ini kami ingin
berbagi sesuatu yang sangat penting dan yang refleksinya masih jauh dari
selesai. Hal ini berlaku bagi kami, anggota Dewan Jenderal untuk semua anggota
keluarga dehonian.
"Belaskasih" - ini
adalah kata pertama dalam moto untuk Kapitel Jenderal kita mendatang yang akan
berlangsung dari tanggal 17 Mei sampai dengan 6 Juni 2015: "Belaskasih
dalam Komunitas bersama Kaum Miskin". Tema ini tidak diusulkan oleh Dewan
Jenderal, tetapi oleh anggota Komisi Persiapan Kapitel Jenderal, setelah menerima
saran dari para Superior Mayor dalam pertemuannya pada bulan November 2013. Awalnya,
sebagai Dewan Jenderal, kami terkejut oleh usulan ini, terutama dari kata
"belas kasihan". Keterkejutan itu dirasakan juga oleh banyak konfrater,
bukan hanya kami. Dalam kenyataannya, kata "belas kasihan" tidak
memiliki makna yang sangat signifikan dalam tulisan-tulisan dehonian. Kata
tersebut tidak muncul dalam Konstitusi dan jurnal kita, Dehoniana, tidak pernah
dibicarakan topik ini. Belas kasih nampaknya bukan bagian fundamental dalam spiritualitas
dehonian.
Bagi kita semua tampak jelas
bahwa tema belas kasihan telah menjadi milik kita dengan kekuatan yang lebih
besar berkat ajaran magisterial Paus Fransiskus. Bahkan, dari hari pertama masa
kepausannya, baik dengan kata-kata maupun tindakan, Paus Fransikus telah
menyatakan bahwa gereja harus menjadi "Gereja yang Berbelaskasih". Dengan
demikian, ia telah menyentuh banyak orang dan telah menanggapi keinginan banyak
orang, baik di dalam maupun di luar gereja.
Sekarang, bagaimana dengan kita
dehonian?
Pater Dehon dan Belas Kasih
Idealnya, kita memulai dengan
bertanya pada Pater Dehon tentang tema ini: “apakah belaskasih menunjukkan
padanya sesuatu yang signifikan?” Jika benar, apa yang mau disampaikan dari
kata tersebut tentang Tuhan dan panggilan Kristiani di dunia ini? Apa konkret
yang dia katakan saat ini tentang panggilan dehonian di dunia?
Pertama-tama kami terkejut
saat meneliti situs www.dehondocs.it, sarana yang sangat berguna untuk mengenal
pendiri kita karena menyediakan akses digital ke semua tulisa Pater Dehon, yang
sedang dalam proses penerbitan. Riset online mengungkapkan bahwa Peter Dehon
sering berbicara tentang belas kasihan dalam tulisan-tulisannya. [1] Ide Pater
Dehon tentang belas kasihan berkembang lebih luas, tidak begitu banyak tulisan-tulisannya
di jurnal tetapi dalam tulisan-tulisan spiritualnya.[2] Khususnya
di meditasinya, banyak bab dengan judul belas kasih.[3] Pater
Dehon biasa menerima inspirasi dari Kitab Suci. Dan kita perhatikan seberapa
sering Pater Dehon menghidupi, bermeditasi dan berdoa berdasarkan Kitab Suci.
Dan ini adalah salah satu kualitas khusus dari pengalaman Pater Dehon yang kita
syukuri hari ini.
Melalui kisah-kisah Kitab Suci
Pater Dehon juga menyampaikan pengalaman spiritualnya kepada kita. Meditasinya
tidak mengandung uraian teologis atau penjelasan dogmatis, tapi mengungkapkan
pengalaman spiritual yang dinamis dasarnya ditemukan dalam perjumpaan dan
relasi. Kami menemukan diri kami di hadapan Allah yang penuh kasih mencari manusia.
Di panggung cerita ini muncul domba yang hilang, dirham yang hilang, dan
kemudian ditemukan, anak yang hilang, Zakheus, Matius, wanita Samaria, Petrus,
Thomas. Bagi Pater Dehon masing-masing dari figur-figur ini, pada gilirannya,
memberikan kesaksian tentang belas kasih Allah dan kemungkinan hidup baru.
Allah yang berinisiatif, pergi mencari yang hilang, meninggalkan tempatNya dan
orang-orang yang sangat mengenalNya untuk pergi kepada orang-orang yang tidak lagi
mengenal Nya: "Tidakkah kamu tahu bagaimana seorang gembala pergi mencari
domba yang hilang? Dia tidak berhenti mencari, tetapi meninggalkan yang lain,
mencari di hutan, padang belantara, dan tebing. Ketika akhirnya dia
menemukannya, Ia mengambil dan membawa di pundaknya. Dengan cara ini, Aku ingin
memperlakukan kalian. " (RSC 292).
Menurut visi spiritual Pater
Dehon, Tuhan tidak hanya pergi melihat tetapi menyambut tanpa syarat memeluk,
melupakan masa lalu dan semuanya memungkinkan untuk sebuah awal baru melampaui
harapan dan keterbatasan mereka yang serba mungkin. Dalam cerita ini, kita
harus membayangkan dalam pikiran kita semua kegiatan ini, semua yang dihadapi,
dan sukacita yang dihasilkan, jika kita benar-benar ingin memahami pengalaman
Allah yang berbelas kasih seperti yang ditawarkan Pater Dehon.
Dalam tulisan-tulisan Pater
Dehon, kata "Tak Terbatas" (infini) sering muncul menyertai sabda
belas kasih Allah. Belas kasih ini tak terbatas dan tanpa batas, dalam
ketidakmampuan dan perhatian serta kepedulian akan yang lain, demikian juga
dengan keadilan, karena “Jesus memiliki hati seorang penyembuh dan hati seorang
sahabat melebihi hati seorang hakim yang bengis.” (CAM 1/242).
Belas kasih tak terbatas dan
tanpa batas ini membawa kita ke sumber dari belaskasih Allah, Pater Dehon
sering menggambarkan sebagai "kasih yang berkelimpahan" (Exces
d'amour). Baginya, kasih yang berkelimpahan ini nampak dalam salib, sengsara,
dan juga peristiwa inkarnasi yang merupakan perwujudan belas kasih yang paling tertinggi.
Cinta yang Berelas kasih berisi tindakan Kristus yang paling besar yakni
pengosongan diri-Nya, meskipun Allah rela menjadi hamba, seperti dikatakan Rm.
Dehon ketika berbicara tentang surat kepada orang Filipi. Perbendaharaan
katanya bisa jadi terbatas secara teologis pada saat itu: seperti kata “Penghancuran”,
“penghinaan”, “pengorbanan” yang pada waktu lebih melihat manusia secara
skeptic baik segi teologi maupun rohani daripada paham yang lebih mendalam akan
kasih Allah yang tak terbatas. Akan tetapi, apa yang harus beliau katakan
tinggal tetap pada saat guru rohani mengingatkan kita akan sebuah kenyataan
bahwa teologi mesti harus menangkap kembali; “tidak ada bentuk keilahian lain akan
Allah yang jauh lebih besar, yang Kitab
Suci jabarkan lebih dari belas kasihNya”. (RSC 72)
Dengan berlalunya waktu,
teologi telah mengambil langkah lebih lanjut: belas kasih Allah dapat dipahami
hanya jika berakar dalam teologi Tritunggal.[4] Allah
Tritunggal, Bapa, Anak, Roh Kudus, dalam dirinya sendiri terdapat komunikasi
dan relasi. Esensinya adalah persembahan diri yang tak terbatas pada yang lain.
Karena itu, belas kasihan menjadi cermin dari Trinitas.
Dari perspektif trinitaris,
belaskasih berasal dari permulaan dunia, berasal dari akar dan sebuah realitas
ciptaan. [5] Sehingga,
belas kasih dalam ciptaan, dalam penjelmaan, penderitaan dan kebangkitan bukan
hanya sebuah tanggapan Allah akan dosa dunia. Belas kasih melebihi semuanya,
meneruskan kenyataan dan berbagi keberadaan-Nya sebagai bentuk pemberian diri
bagi yang lain.
Rm Dehon menyadari bahwa belas
kasih yang demikian tidak hanya tanggapan atas dosa dunia tetapi juga sebuah
ekspresi fundamental akan Allah Bapa. Dalam beberapa meditasi, beliau
menggambarkan cinta dan belas kasih Allah menolong manusia, khususnya mereka
yang menderita, mereka yang sakit dan menyatakan bahwa kasih yang berkelimpahan
adalah kelahiran baru dan daya pembaharuan, kemampuan untuk mengadakan
mukjizat, penyembuhan dan pengampunan: “Sumber belas kasihNYa,
mukjizat-mukjizat-Nya, pertolongan-Nya; dan belarasa yang menyuburkan kita.
Belarasa menggerakkan-Nya. Memaksa-Nya untuk mengadakan mukjizat, Dia melihat
mereka yang sakit, dan hati-Nya tergerak oleh belaskasihan dan menyembuhkan
mereka. Jika kita memiliki hati yang berbelarasa seperti hati Yesus bagi mereka
yang tidak beruntung, jika kita menanggapi secara spontan menurut kehendak sang
Penyelamat yang belas kasih, mengapa kita tidak menjadi alat-Nya untuk turut
menjadi penyembuh?” (CAM 1/234).
Namun bagaimana kita bisa berhasil secara
tepat, dalam berpartisipasi akan keilahian yang dinamis ini, dalam kasih berkelimpahan
yang melahirkan hidup baru? Tanggapan Rm. Dehon sungguh mengejutkan, karena
begitu sederhana dan melampaui jamannya; kepercayaan.
Merujuk pada tulisannya; “Meditasi ini (pada kepercayaan), bagian akhir dari
retret ini, sangatlah penting dan merangkum semuanya. Jika seseorang
mempraktekkan latihan yang disarankan, dia mengapai semuanya. Namun bila tidak,
retret tidak akan membuahkan apa-apa” CAM1 256. Dengan cara ini, Rm Dehon
memperkenalkan belas kasih pada meditasi yang terakhir. Percaya akan cinta dan
belas kasih; merupakan satu-satunya syarat untuk masuk dalam sebuah dinamika
belas kasih.
Tanggapan kedua Pater Dehon
adalah: ; “kita perlu menghubungkan antara rahmat dan tindakan
pada inisiatif kita, mewujudkan belaskasih pada sesama kita” (RSC 318).
Pater Dehon dan tradisi spiritualitas Hati Kristus menyebutnya "redamatio," yaitu ‘cinta yang
memulihkan’, bahkan mencintai atas nama orang-orang yang menolak untuk
mencintai. Belaskasih meminta seseorang untuk hidup dalam praktik pemberian
diri.
Tentunya kita masih harus
banyak belajar untuk lebih memahami tentang belas kasihan. Kita perlu untuk
memperdalam dan memperluas soal nilai belas kasih dengan penuh hormat sehubungan
dengan karisma dehonian.
Belaskasih Dalam Komunitas Bersama Kaum Miskin
Di tengah-tengah motto untuk
Kapitel Jendral yang akan datang, bulan Mei / Juni 2015, kita menemukan
komunitas bukan belas kasih. . Sebuah komunitas yang kita sadari sebagai
panggilan kita; di dalamnya, panggilan kita mewujud untuk pertama kalinya; dari
komunitas kita diutus ke berbagai bentuk kerasulan
Pusat komunitas
dalam motto, mengandung dua hal; belaskasih sebagai kualitas dan kemiskinan
sebagai tempat pelayanannya.
Apakah
belaskasih merupakan sebuah kualitas yang menjadi ciri komunitas kita? Dengan
pertanyaan ini kita merujuk baik kepada komunitas dehonian maupun untuk banyak
kelompok yang terinspirasi oleh karisma dehonian. Pertanyaan itu pertama-tama
mengarah pada sebuah kenyataan dan kesaksian hidup kita bersama, sejauh kita
sebagai Dehonian Sungguhkah ada kasih berkelimpahan yang diwujudkan dalam
pemberian diri kita bagi yang lain? Pelayanan kita, persembahan diri kita, kesiapsediaan
kita, rekonsiliasi kita dimulai hanya ketika kita pergi keluar dari biara kita,
dari rumah tempat tinggal kita? Jika kita sungguh memahami belaskasih menurut
tradisi kita, cara hidup bersama kita menjadi pewartaan cinta dan belaskasih
yang membuat kualitas hidup baru menjadi mungkin melampaui tembok-tembok
budaya, kebangsaan, karakter dan dosa.
Dan kemudian, setelah mengalami
belas kasih Allah, kita harus menuju ke pada orang-orang miskin.
Belas kasih bukanlah pemanis
atau peneydap rasa yang naif. Mereka yang mengalami cinta dan belas kasihan Tuhan
tidak dapat tidak mesti menjadi alat kasih ini, terutama di tempat-tempat di
mana kehidupan terancam, ditekan, terbatas, luka. Faktanya bahwa 100 tahun yang
lalu, Fr. Dehon melibatkan diri - meskipun harus terpisah dari
saudara-saudarinya – mewakili dimensi sosial kongregasi kita bukanlah hasil
dari pertimbangan politik maupun kewajiban moral. Ketrlibatan Itu adalah sebuah
tanggapan. Tanggapan terhadap cinta yang terungkap di kayu salib sebagai sumber
kehidupan dan kemenangan atas setiap kematian.
Dengan hormat
dan sukacita yang mendalam, kita melihat bagaimana pria dan wanita dalam keluarga
dehonian secara terus menerus menggambarkan inspirasi mereka yang sungguh
digerakkan oleh belaskasih, dan siap untuk keluar ke tengah hiruk pikuk
kehidupan social, sebagaimana Paus Fransiskus sarankan. Di zaman seperti kita, kita
berhadapan dengan beban kekerasan yang tak terbayangkan, siapa yang dapat
meragukan bahwa dunia membutuhkan belaskasih, atau jika kita menggunakan Bahasa
Dehonian, siapa yang dapat meragukan bahwa dunia membutuhkan kerajaan Hati Yesus?
Pada permulaan surat ini,
secara sederhana kami menulis bahwa kami ingin berbagi dengan kalian apa yang
secara perlahan-lahan muncul ditengah-tengah kita; sebuah aspek baru dalam
pengalaman rohani yang menandai kata dan tindakan Pater Dehon; sesuatu
yang memperkaya bagi panggilan Dehonian
kita, sembari mengenang kelahiran Pater Dehon dengan penuh syukur.
Akhir Kata
Ini adalah surat terakhir yang
ditujukan kepada Anda oleh Dewan Jenderal, yang dipilih pada Kapitel tahun 2009
dipilih untuk memimpin kongregasi. Dalam enam tahun terakhir kami telah
dipanggil untuk menjaga warisan yang ditinggalkan Pater Dehon. Ini telah
menjadi kehormatan bagi kami selama periode ini untuk membuka harta karun tulisan
Pater Dehon untuk seluruh dunia yang lebih luas dengan menerbitkan secara
online. Kapitel yang ke XXII telah meminta kami untuk menaruh perhatian pada
Pribadi Kristus sebagai pusat hidup kongregasi. Kristus adalah rahmat yang
telah kita terima, rupa Allah yang telah mengosongkan diri (Fil 2,8), dan yang
membagikan hidup kita dan mewahyukan kemampuan yang besar untuk kasih melalui
lambung yang terbuka.
Kami mohon kalian untuk berdoa
bagi kongregasi, terutama selama kapitel jenderal. Kapitel merupakan saat yang
istimewa bagi kongregasi. Kapitel menjadi sebuah tanda akan apa yang kita
ketahui menjadi nyata pada saat yang tepat. Saat dimana kita percaya bahwa Roh
Yesus lebih aktif dalam diri kita. Ini adalah saat untuk melihat masa depan,
menuju suatu saat dimana kata-kata kita menjadi penuntun jalan kita enam tahun
ke depan. Berkumpulah dalam komunitas dan berdoa bagi kami mulai tanggal 17
Mei-6 Juni.
Tanggal 14 Maret juga
merupakan hari doa untuk panggilan. Marilah kita berdoa bagi orang-orang yang
akan segera menjadi bagian dari keluarga dehonian. Kita mohon pada Tuhan agar
hidup mereka diperkaya oleh iman dalam kasih Allah bagi mereka. Mari kita
mohon, agar karisma dehonian selalu menjadi sebuah panggilan yang membuat
banyak orang terus mengikuti. Mari memperteguh kepercayaan bahwa apa yang Pater
Dehon renungkan tentang lambung yang tertikam, tentang Kitab Suci sebagai pusat
dan rahmat belaskasih, menjadi pemberian hidup yang tidak hanya bagi jiwa kita
tapi juga lingkungan dimana kita hidup.
Untuk seluruh keluarga
dehonian, kami mengucapkan selamat mengenang dengan penuh kebahagiaan hari
lahir Pater Dehon.
Dalam Hati Yesus.
P.
José Ornelas Carvalho, SCJ
Superior Jenderal
Dan Dewannya
[1] tema
"belas kasihan" muncul dalam dehondocs 808 kali. Dilihat dari frekuensi tampaknya
jauh lebih sedikit daripada "cinta" (3980x), "dosa"
(1951x); namun lebih sering daripada kata-kata "pengorbanan" (405x)
dan "persembahan" (185x). Diakses
3 Februari 2015.
[2] Les
couronnes d’amour (CAM), La retraite du Sacré-Cœur (RSC), L’année avec le
Sacré-Cœur (ASC)
[3] “The
Heart of Jesus is All Love and Mercy” (CAM 1). “Mercy of the Heart of Jesus for
Sinners” (CAM 1). “The Mercy of Our Lord Invites us to Return to His Love”
(RSC). “On the Mercy of God” (RSC). “Conversion of St. Peter through the
Profound Mercy of the Heart of Jesus” (RSC). “Heart of Jesus, Patient and Very
Merciful” (MSC).
[4] Walter
Kasper, Mercy-The Essence of the Gospel and the Key to Christian Life. NY:
Paulist Press. 2014. Especially V, 2: Mercy as Mirror of the Trinity.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar