Dalam kotbahnya
saat Perayaan Ekaristi pembukaan, pukul 18.00, Pater Propinsial mengajak para
kapitulan (peserta kapitel) untuk merenungkan tugas perutusan yang
diinspirasikan oleh Sabda Tuhan (Luk 7:11-17). Injil Lukas berbicara tentang
belas kasih dan simpati Yesus kepada janda yang menderita akibat kehilangan
putranya. Yesus memberi hidup baru bagi putra dari janda itu. Putranya hidup.
Sebagai SCJ, kita dipanggil untuk memberi harapan itu bagi sesama yang
menderita.
Perutusan
sebagai SCJ menegaskan kembali pannggilan untuk menjadi nabi cinta kasih. Nabi
sendiri, kata Romo Madya, harus punya
sesuatu, yaitu pengalaman akan Allah yang disharingkan kepada orang
lain. Tujuannya demi kemuliaan Allah dan keselamatan manusia.
“Kita adalah
nabi yang mensharingkan kepada sesama pengalaman hidup kita dengan
Allah. Pater Dehon berharap, kita berjumpa denga Allah yang membahagiakan dalam
hidup sehari-hari,” kata Rm Madya.
Berkenaan dengan
kesatuan, ia mengatakan bahwa kesatuan itu tidak hanya didiamkan, tetapi sungguh-sungguh
dihidupi. Dalam hidup komunitas, kita menerima setiap konfrater yang hidup
bersama kita. Hal ini membutuhkan suatu perjuangan. Untuk itu, dibutuhkan
karisma dan kebijaksanaan kita untuk melihat orang lain yang berbeda karakter
sebagai yang memberi warna bagi hidup bersama kita. Hal ini menjadi suatu
kekayaan yang mesti dibagikan.
Untuk itu, Pater
Propinsial menegaskan bahwa Kapitel Ke-9 Propinsi SCJ Indonesia kali ini
sebagai sebuah perayaan iman dan menjadi kesempatan untuk mengadakan discernment.
Kita membuka diri untuk dikuasai oleh Roh Allah.
Dalam kapitel
ini ada kesemptan untuk instrospeksi dan refleksi diri untuk menemukan kehendak
Allah yang mesti dilakukan oleh Propinsi Indonesia enam tahun ke depan. Ada pun
discernment yang baik mencakup semangat doa, beriman mendalam dan hidup dalam
Roh Allah seperti yang dilakukan oleh Yesus.
Moderator Kapitel: Romo John Mitakda MSC |
Discernment
sudah dimulai pada pagi hari saat para kapitulan mengadakaan rekoleksi dengan
tema kapitel, yaitu SCJ Indonesia Menegaskan Diri untuk Menjadi Nabi Cinta
Kasih dan Pelayan Pendamaian dalam Kristus di Jaman Ini. Rekoleksi ini dipimpin
oleh Romo Tarcisius Leisubun MSC.
Romo Tarcis
mengatakan, sebagai nabi cinta kasih, seorang anggota SCJ hendaknya menyadari
bahwa dirinya dipanggil dan diutus oleh Hati Kudus Yesus. Untuk itu, para
kapitulan mesti selalu menghidupi semangat Pater Dehon. Hal ini terungkap jelas
saat menjelang ajalnya, sambil menunjuk patung Hati Kudus, Pater Dehon berkata,
“Untuk Dia aku hidup, untuk Dia aku mati.”
Pater Dehon mengajak
para anggota SCJ untuk selalu memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.
Hati Yesus menjadi dasar pengalaman iman Pater Dehon. Dalam semangat ini pula,
para kapitulan mengadakan refleksi dan penegasan roh. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar