Tuhan
Yesus Kristus secara khusus mengundang kita untuk bersatu dengan Dia yang
secara baru mencurahkan Roh KudusNya pada minya-minya suci, maka secara khusus
kita merayakan Misa Krisma. Dalam Misa Krisma, Bapa Uskup memberkati tiga macam
minyak - minyak katekumen (oleum catechumenorum atau oleum sanctorum),
minyak orang sakit (oleum infirmorum), dan minyak
krisma (sacrum chrisma) - yang
nantinya dipergunakan dalam pelayanan sakramen-sakramen di seluruh wilayah
keuskupan sepanjang tahun itu.
Melalui
minyak-minya ini Kristus menjadikan kita suatu bangsa, Imam, Raja, Kita
merayakan hal ini, bahwa kita adalah bangsa Imam, bahwa kita umat Imam, krn
dengan dibabtis kita mengambil bagian dengan imamat agung Tuhan kita Yesus
kristus. Demikian kata Mgr. Al. Sudarso SCJ dalam kotbahnya pada perayaan Misa
Krisma di gereja Santo Fransiskus de sales (Sanfrades) Sungai Buah Palembang.
Dari
tradisi Kitab Suci, kita bisa melihat pentingnya minya zaitun dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya untuk memasak khususnya dalam membuat Roti (lih. Bil.
11:7-9), digunakan untuk bahan bakar (Mat. 25: 1-9), untuk minyak penyembuh
(Luk. 10:34), Untuk mengurapi jenasah sebelum dimakamkan (Mrk. 16:1), mengkuduskan
tempat ibadat (Kel. 30: 26-29), untuk mengurapi tamu sebagai ucapan selamat
datang (Luk. 7:46), bahkan sebagai untuk alat kecantikan (Rut. 3:3).
Bukan
hanya dalam kehidupan sehari-hari saja, minyak dalam tradisi kitab suci juga
sarat dengan simbol-simbol rohani, khususnya dalam pengurapan oleh Tuhan bagi
umat pilihanNya. Diurapi oleh Tuhan menyatakan bahwa seorang menerima suatu
panggilan khusus dari Tuhan dan kuasa Roh Kudus untuk menunaikan panggilan itu.
Tuhan Yesus bersabda, dengan menggemakan kata-kata Yesaya, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah
mengurapi Aku” (Luk 4:18). St Paulus sendiri menegaskan, “Sebab Dia yang telah meneguhkan kami
bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi,
memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam
hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita” (2Kor
1:21). Minya menyimbolkan berlimpah pengudusan dari Alah, penyembuhan,
pemberian kekuatan, tanda perkenanan, dedikasi, penyerahan diri dan kurban.
Tradisi
yang sangat indah dalam kitab suci diadobsi oleh gereja perdana dan diteruskan
sampai sekarang. Pertama adalah Minyak Katekumen. Minya ini dipergunakan dalam Sakramen Baptis, dipergunakan
untuk mengurapi para calon baptis menjelang pembaptisan. Agar calon baptis yang
diurapi dengan minyak ini mendapatkan kekuatan dari Roh Kudus,diberi
kebijaksanaan dan kekuatan, dihantar kepada kehidupan kekal, bersatu dengan
gereja, memperoleh pengetahuan yang lebih tentang injil dan berani menghadapi
tantangan sebagai orang kristen sehari-hari. Pengurapan ini melambangkan
kebutuhan manusia akan pertolongan dan kekuatan dari Tuhan untuk mematahkan
belenggu masa lampau dan mengatasi perlawanan dari yang jahat agar ia dapat
mengaku imannya, datang pada pembaptisan dan hidup sebagai anak Allah.
Minyak
yang kedua adalah Minyak Orang sakit, yang digunakan dalam Sakramen Pengurapan
Orang Sakit. St Yakobus menulis, “Kalau
ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para panatua
jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama
Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan
Tuhan akan membangunkan dia; jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan
diampuni” (Yak 5:14-15). Sekarang, imam mengurapi dahi orang yang sakit sambil
mengatakan, “Semoga karena pengurapan
suci ini Allah yang Maharahim menolong Saudara dengan rahmat Roh Kudus,”
dan lalu imam mengurapi kedua tangan si sakit dan berkata, “Semoga Tuhan membebaskan saudara dari dosa dan membangunkan Saudara di
dalam rahmat-Nya.” Jika tidak mungkin mengurapi tangan disebabkan karena
cacat atau jika terdapat suatu kebutuhan khusus lainnya maka bisa mrnggunakan
bagian tubuh yang lain. Minyak ini bukan hanya diberikan kepada orang yang mau
mati saja, tetapi merupakan sakramen penyembuhan bagi jiwa dan raga orang yang
sakit, agar si sakit mendapat kekuatan iman dalam menghadapi sakitnya.
Dan yang terakhir adalah Minyak Krisma, minya ini dibuat dari minyak zaitun dicampur dengan balsam, suatu damar aromatik. Dalam perjanjian lama, para nabi, imam, dan para raja diurapi dengan minyak. Minya krisma juga digunakan untuk pengudusan orang. Minyak krisma ini dipergunakan dalam Sakramen baptis, Sakramen Penguatan, dan Sakramen Imamat. Pemberkatan minyak krisma juga berbeda dari minyak-minyak lainnya: Bapa Uskup menghembus udara di atas bejana krisma, melambangkan Roh Kudus yang turun ke atas minyak yang dikuduskan ini. Para konselebran dalam Misa Krisma juga mengulurkan tangan kanan mereka ke arah minyak krisma sementara uskup mendaraskan doa pengudusan, melambangkan bahwa dalam persatuan mereka dengan uskup. Mereka “ikut menyandang kewibawaan Kristus Sendiri, untuk membangun, menguduskan dan membimbing Tubuh-Nya,” yakni Gereja (Konsili Vatikan II, Dekrit tentang Pelayanan dan Kehidupan Para Imam, No 2).
Secara
khusus pula, dalam Misa Krisma para Imam memperbaharui janji imamatnya. Dalam kotbahnya
secara khusus pula Bapa Uskup menyapaikan pesan kepada para Imam-imamnya yang
berkaya di Keuskupan Agung Palembang. Para imam yang berkarya di tiga propinsi,
dalam pelayanan yang tidak mudah dan membutuhkan dukungan. Bapa Uskup
menyampaikan rasa terima kasih atas nama Gereja, atas pelayanan para Imam yang
dengan setia dan rendah hati dan yang pada hari ini secara tulus telah mohon
ampun kepada Tuhan lewat sakramen pengampunan dan kemudian meneruskan tugas
pelayanan dengan semangat yang baru.
Bapa
Uskup juga mengingatkan, sebagai “pastor bonus”,
gembala yang baik, para imam diminta untuk terus mengembangkan imannya
menghayati Yesus yang menyelamatkan, yang membimbing umat untuk semakin bersatu
dengan Tuhan, membuat umat yang dilayani menjadi orang yang semakin dapat
mencerminkan kehadiran Yesus, menghantar orang bertindak dan bertanggungjawab
atas apa yang dibuat berdasarkan imannya.
Bapa
Uskup juga berdoa, agar pelayanan para imam diberkati, karena Gereja dan dunia
menghadapi tantangan yang luarbiasa yang mengakibatkan orang-orang
tersingkirkan dan banyak orang yang tidak peduli pada Tuhan dan tidak
memerlukan Tuhan. Para Imam diharapkan dapat menawarkan gaya hidup yang sesuai
dengan iman katolik dan seusai dengan harapan Kristus mewartakan injil ditengah
kehidupan yang serba sulit ini. Bapa Uskup juga mengingatkan, sebagai pemimpin,
para imam diharapkan agar kewibawaan mereka sebagai pemimpin bukan karena
kekuasaan melainkan karena menjadi pelayan-pelayan yang berani berkurban
seperti Yesus.
Bapa
Uskup juga menyampai terima kasih kepada para umat yang mendampingi, mencintai,
dan mendukung para imam. Bapa Uskup juga menyinggung tahun hidup bakti, dan
mengharapkan agar semakin banyak dari keluarga mempersiapan putra-putrinya menjadi
biarawan-biarawati, imam, atau bapak-ibu yang baik yang memngambil bagian dalam
imamat Kristus yang menyelamatkan kita semua.
Perayaan
Misa Krisma ini dihadiri oleh sekitar 90an Imam, dimeriahkan oleh paduan suara
biarawan-biarawati yang bertugas di keuskupan Palembang, dan ratusan umat yang
mendukung dan mencintai para Imam-imam yang membaharui janji imamatnya pada
hari ini.
Foto-foto selengkapnya bisa Anda lihat di: Misa Krisma Album
Tidak ada komentar:
Posting Komentar