Jumat, 08 Mei 2015

Persembahan Total RP. Andrzej Lukasik SCJ



Sore itu, tanggal 05 Mei 2015, Pastor yang lembut itu berdiri di depan altar dan menunjukkan persembahan diri yang total sebagai Biarawan-Imam SCJ. 48 tahun sudah hidupnya diabdikan bagi Gereja Sumatera bagian selatan, lebih dari separuh umurnya menjadi misionaris, dan kini harus kembali ke negara asalnya, Polandia. Romo Andrzej Lukasik SCJ datang pertama kalinya ke Indonesia tanggal 15 Oktober 1967 bersama 10 misionaris lainnya dari Polandia.

Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Pater Propinsial SCJ, RP. Andreas Madya SCJ yang didampingi oleh Superior SCJ Wilayah Palembang, RP. YG. Marwoto, dan tentu saja RP. Andrzej Lukasik SCJ, bukan merupakan ‘Misa Perpisahan’ namun ‘Misa Syukur” atas kehadiran RP. Lukasik selama ini di bumi Indononesia. Gereja Sumbagsel pada umumnya dan SCJ pada khususnya memang layak bersyukur memiliki Pastor Lukasik yang telah memberikan persembahan dirinya bagi SCJ dan Gereja di Sumbagsel.

Pastor kelahiran Weglowka Polandia ini menjadi Bapa Rohani bagi banyak Imam dan Biarawan-biarawati. Usianya yang senja justru menampakkan kedalaman rohaninya dan telah menyelamatkan banyak ‘jiwa-jiwa’ orang-orang yang terpanggil sebagai biarawan-biarawati yang mengalami kekeringan rohani dan yang menghadapi aneka masalah hidup serta panggilannya. Demikian ungkap Sr. M. Aquina FSGM propinsial suster-suster FSGM. Sejak tahun 2004, pastor yang berusia 79 tahun ini berkarya sebagai pembimbing rohani bagi para Imam dan Biarawan-biarawati di keuskupan Tanjungkarang. Begitu setia duduk berjam-jam dikamar sempit mendengarkan pengkuan dan memberikan peneguhan rohani. Kembalinya ‘sang eyang’ (demikian panggilan kesayang pastor ‘sepuh’ ini) ke negara asalnya, memang menjadi kehilangan yang besar bagi para suster yang mendapatkan pelayanan rohani darinya. Memang sebagian besar tugasnya di Indonesia adalah sebagai Pembimbing Rohani dan Formator, baik bagi para SCJ maupun para suster.

Persembahan dirinya yang total kembali diperlihatkan ketika Pastor Lukasik saat harus kembali ke tanah kelahiran yang sudah lama ditinggalkannya. Pasti bukan pengalaman yang mudah untuk bisa beradaptasi kembali, namun kedawasaan rohaninya menunjukkan kekuatannya dalam menghadapi peristiwa ini. Bahkan mampu memberikan nasehat peneguhan bagi yang ditinggalkan, bahwa rencana Tuhan sangat baik. 

Dalam kotbahnya, Pastor Lukasik mengambil tema penyerahan total. Beliau mengambil contoh persembahan janda miskin yang memasukkan 2 uang tembaga ke kotak persembahan. Mengapa Yesus memandang begitu tinggi persembahan si janda miskin? Karena si janda miskin telah memberikan apa yang dia punya sehingga bisa membuat dia mati kelaparan. Perbuatan total dan perbuatan yang bisa membuat dia masuk ke abadian, mati kelaparan masuk ke dunia Tuhan. Ke dua hal ini membuat pebuatan si janda miskin melebihi perbuatan orang lain di mata Tuhan, total dan untuk selamanya. Demikian juga imam dan kaul-kaul membiara adalah total dan untuk selamanya.



Pastor Lukasik juga memberikan ilustrasi sebuah cerita pada saat perang dunia ke dua. Seorang menteri pertahanan perancis memiliki seorang anak putri yang akan menikah dengan seorang pemuda. Menjelang hari pernikahan pemuda calon menantu mentri pertahanan itu menghilang dan mengambil semua dokumen penting di departemen pertahanan Perancis. Sang perdana mentri kemudian bunuh diri dengan menembak sendiri kepalanya, sedangkan putrinya dipenjara dan jatuhi hukuman mati. Selama dalam penjara putri dari mentri pertahanan tersebut berteriak-teriak dan menghujat. Dia tidak mau mati. Kunjungan teman-teman dan pastorpun tidak berhasil menenangkan bahkan mereka diusirnya.

Suatu malam menjelang pelaksanaan hukuman mati, datanglah seorang suster mengunjunginya, mereka berbiacar beberapa waktu lamanya dan sejak kunjungan itu, suasana menjadi hening, tidak lagi terdengar teriakan-teriakan dan hujatan dari putri sang mentri. Keesokan harinya sang putri itu ditembak mati. Dan betapa terkejutnya semua orang, ternyata yang ditembak adalah Suster yang datang mengunjungi putri itu dan mereka bertukar pakaian. Penyerahan total dari seorang suster bagi nyawa orang lain. Butuh penyangkalan diri, menyangkal kesukaan diri, menyangkal pikiran rencana pribadi untuk bisa menyerahkan diri total bagi Tuhan dan sesama. Demikian ungkap Pastor Lukasik.



Tepat seperti itulah yang terjadi dengan pastor kita yang tercinta ini, beliau telah memberikan penyerahan diri total, dengan memberikan penyangkalan diri, menyangkal rencana pribadi dan menyesuaikan dengan rencana Allah. Bagi pastor Lukasik, kepulangannya ke tanah kelahiran adalah rencana Allah meski tidak sesuai dengan rencana pribadi. Selamat jalan Romo, selamat jalan Eyang.. Semoga selalu sehat dan bisa kembali ke Indonesia. 


foto-foto bisa dilihat di: Misa Syukur Kehadiran Rm. Lukasik SCJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar