Sore itu, tanggal 05 Mei 2015, Pastor yang
lembut itu berdiri di depan altar dan menunjukkan persembahan diri yang total
sebagai Biarawan-Imam SCJ. 48 tahun sudah hidupnya diabdikan bagi Gereja Sumatera
bagian selatan, lebih dari separuh umurnya menjadi misionaris, dan kini harus
kembali ke negara asalnya, Polandia. Romo Andrzej Lukasik SCJ datang pertama
kalinya ke Indonesia tanggal 15 Oktober 1967 bersama 10 misionaris lainnya dari
Polandia.
Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Pater Propinsial
SCJ, RP. Andreas Madya SCJ yang didampingi oleh Superior SCJ Wilayah Palembang,
RP. YG. Marwoto, dan tentu saja RP. Andrzej Lukasik SCJ, bukan merupakan ‘Misa
Perpisahan’ namun ‘Misa Syukur” atas kehadiran RP. Lukasik selama ini di bumi
Indononesia. Gereja Sumbagsel pada umumnya dan SCJ pada khususnya memang layak
bersyukur memiliki Pastor Lukasik yang telah memberikan persembahan dirinya
bagi SCJ dan Gereja di Sumbagsel.
Pastor kelahiran Weglowka
Polandia ini menjadi Bapa Rohani bagi banyak Imam dan Biarawan-biarawati.
Usianya yang senja justru menampakkan kedalaman rohaninya dan telah
menyelamatkan banyak ‘jiwa-jiwa’ orang-orang yang terpanggil sebagai
biarawan-biarawati yang mengalami kekeringan rohani dan yang menghadapi aneka
masalah hidup serta panggilannya. Demikian ungkap Sr. M. Aquina FSGM propinsial
suster-suster FSGM. Sejak
tahun 2004, pastor yang berusia 79 tahun ini berkarya sebagai pembimbing rohani
bagi para Imam dan Biarawan-biarawati di keuskupan Tanjungkarang. Begitu setia
duduk berjam-jam dikamar sempit mendengarkan pengkuan dan memberikan peneguhan
rohani. Kembalinya ‘sang eyang’
(demikian panggilan kesayang pastor ‘sepuh’
ini) ke negara asalnya, memang menjadi kehilangan yang besar bagi para
suster yang mendapatkan pelayanan rohani darinya. Memang sebagian besar
tugasnya di Indonesia adalah sebagai Pembimbing Rohani dan Formator, baik bagi
para SCJ maupun para suster.
Persembahan dirinya yang total kembali
diperlihatkan ketika Pastor Lukasik saat harus kembali ke tanah kelahiran yang
sudah lama ditinggalkannya. Pasti bukan pengalaman yang mudah untuk bisa
beradaptasi kembali, namun kedawasaan rohaninya menunjukkan kekuatannya dalam menghadapi
peristiwa ini. Bahkan mampu memberikan nasehat peneguhan bagi yang
ditinggalkan, bahwa rencana Tuhan sangat baik.
Dalam kotbahnya, Pastor Lukasik mengambil
tema penyerahan total. Beliau mengambil contoh persembahan janda miskin yang
memasukkan 2 uang tembaga ke kotak persembahan. Mengapa Yesus memandang begitu
tinggi persembahan si janda miskin? Karena si janda miskin telah memberikan apa
yang dia punya sehingga bisa membuat dia mati kelaparan. Perbuatan total dan
perbuatan yang bisa membuat dia masuk ke abadian, mati kelaparan masuk ke dunia
Tuhan. Ke dua hal ini membuat pebuatan si janda miskin melebihi perbuatan orang
lain di mata Tuhan, total dan untuk selamanya. Demikian juga imam dan kaul-kaul
membiara adalah total dan untuk selamanya.
Pastor Lukasik juga memberikan ilustrasi
sebuah cerita pada saat perang dunia ke dua. Seorang menteri pertahanan
perancis memiliki seorang anak putri yang akan menikah dengan seorang pemuda. Menjelang
hari pernikahan pemuda calon menantu mentri pertahanan itu menghilang dan
mengambil semua dokumen penting di departemen pertahanan Perancis. Sang perdana
mentri kemudian bunuh diri dengan menembak sendiri kepalanya, sedangkan
putrinya dipenjara dan jatuhi hukuman mati. Selama dalam penjara putri dari
mentri pertahanan tersebut berteriak-teriak dan menghujat. Dia tidak mau mati. Kunjungan
teman-teman dan pastorpun tidak berhasil menenangkan bahkan mereka diusirnya.
Suatu malam menjelang pelaksanaan hukuman
mati, datanglah seorang suster mengunjunginya, mereka berbiacar beberapa waktu
lamanya dan sejak kunjungan itu, suasana menjadi hening, tidak lagi terdengar
teriakan-teriakan dan hujatan dari putri sang mentri. Keesokan harinya sang
putri itu ditembak mati. Dan betapa terkejutnya semua orang, ternyata yang
ditembak adalah Suster yang datang mengunjungi putri itu dan mereka bertukar
pakaian. Penyerahan total dari seorang suster bagi nyawa orang lain. Butuh
penyangkalan diri, menyangkal kesukaan diri, menyangkal pikiran rencana pribadi
untuk bisa menyerahkan diri total bagi Tuhan dan sesama. Demikian ungkap Pastor
Lukasik.
Tepat seperti itulah yang terjadi dengan
pastor kita yang tercinta ini, beliau telah memberikan penyerahan diri total,
dengan memberikan penyangkalan diri, menyangkal rencana pribadi dan
menyesuaikan dengan rencana Allah. Bagi pastor Lukasik, kepulangannya ke tanah
kelahiran adalah rencana Allah meski tidak sesuai dengan rencana pribadi.
Selamat jalan Romo, selamat jalan Eyang.. Semoga selalu sehat dan bisa kembali
ke Indonesia.
foto-foto bisa dilihat di: Misa Syukur Kehadiran Rm. Lukasik SCJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar