Ada kerinduan yang begitu
besar bagi umat Katolik untuk semakin mendekatkan diri pada Bunda Maria khususnya pada bulan Oktober
dan Mei. Jumlah umat yang
datang untuk berziarah ke Gua Maria juga semakin banyak. Meningkatnya peziarah yang datang untuk berdoa kepada Bunda
memperlihatkan bahwa Bunda Maria memiliki pengaruh yang amat besar dalam
doa-doa. Para peziarah datang dari beragam latar belakang status sosial dan daerah yang
berbeda. Mereka sengaja meluangakn waktunya untuk datang di hadapan sang Bunda.
Kiranya banyak intensi dan ujud-ujud pribadi yang hendak
disampaikan ke hadapan Bunda Maria. Peran Bunda Maria sangatlah besar sebagai
Bunda pengatara doa-doa umat beriman kepada Yesus putraNya. Adanya
perjumpaan diantara peziarah yang hadir dengan Sang Bunda
semakin menyatukan iman akan Yesus Kristus putranya. Bahkan bukan hanya umat Katolik
yang datang, mereka yang beragama lain mengatakan bahwa merasakan ketenangan
dan kedamaian saat berdoa di Gua Maria. Dengan kata lain, Maria adalah bunda
bagi semua umat beriman.
Berziarah di hadapan Sang Bunda juga yang dilakukan oleh Komunitas Skolastikat SCJ
Yogyakarta. Para Dehonian ini berziarah dengan bersepeda menuju
Gua Maria Wahyu IbuKu Giri Wening, Sengon Kerep, Gunung Kidul, Yogyakarta. Tepatnya pada
hari Selasa-Rabu, 13-14 Oktober. Sebanyak 42 Frater SCJ, satu Seminaris dari Seminari Menengah Petrus Kanisius
Mertoyudan dan seorang pemuda berkebangsaan Perancis
mengikuti aksi ziarah bersepeda. Jarak yang ditempuh dalam peziarahan kali ini sejauh 40 Km dalam waktu
tiga jam. Tujuan dari ziarah bersepeda ini, ingin meneladani Bunda Maria
sebagai Bunda pelindung calon Imam dan para Imam yang senantiasa taat dan setia
pada kehendak Bapa dan mendoakan intensi pribadi dari masing-masing frater.
Tepat pukul 15.00 Wib,
rombongan mulai berangkat dari Skolastikat SCJ. Seebelum berangkat, para frater
berdoa bersama guna memohon berkat dari sang Bunda semoga diberkati dan selamat
sampai tujuan. Rombongan dibagi dalam tiga kelompok, agar memudahkan dalam
mengontrol setiap anggota kelompok. Setiap kelompk dibekali dengan Handphone dan HT agar memudahkan dalam berkomunikasi seandainya memerlukan
pertolongan kelompok lain. Sikap solidaritas juga di perlihatkan saat sepeda
dari anggota kelompok yang mengalami permasalahan.
Setiba di Candi Prambanan, para frater melepas lelah dan
beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Tak terasa, sudah dua
setengah jam melewati pemukiman penduduk. Medan yang dilalui semakin berat,
sehingga rombongan harus menuntun sepedanya masing-masing dan beriringan menuju
kompleks Gua Maria Giri Wening.
Dengan sekuat tenaga, para
frater melakukan aksi jalan salib dengan menggunakan rute yang telah disepakati
bersama. Keesokan harinya, tiap-tiap kelompok berkumpul bersama untuk
berefleksi. “Dalam perjalan ziarah kali ini, saya membawa misi khusus yakni berdoa
bagi kesembuhan ibu dan kelancaran studi sebagai tugas perutusan yang saat ini
sedang saya jalani,” ungkap Fr. Joko SCJ. Lain halnya dengan Fr. Aris SCJ yang
mengungkapkan “bahwa perjalanan dalam ziarah ini memang tidak selamanya mudah. Tak
jarang kita juga menjumpai batuan yang terjal, penuh liku dan mendaki. Namun
itulah dinamika yang harus dijalani untuk mencapai suatu tujuan. Dibutuhkan
suatu ketekunan dan penyerahan diri kepada Allah agar senantiasa menguatkan dan
membimbing langkah perjalanan panggilan kita.”
Sebelum mengakhiri aksi ziarah ini, para frater berdoa
Rosario dan merayakan perayaan ekaristi di pelataran Gua Maria Giri Wening.
Perayaan ekaristi dipimpin oleh Rm. Y.G. Marwoto SCJ dan
Rm. Ari Wardana SCJ. Dalam homilinya, Rm. Marwoto SCJ menyampaikan pesan agar tidak menjadi orang yang munafik dan cepat menghakimi sesama tanpa sebab yang pasti
seturut dengan bacaan Injil
hari yang bersangkutan. Beliau juga
menambahkan “sebagai
orang yang terpangil kita senantiasa mesti bersukacita dalam menjalani
panggilan sebagai pelayan Tuhan walau terkadang perjalanannya tidak selalu
mudah dan banyak proses yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan” .
“Aksi ziarah seperti ini baik untuk diteruskan saat bulan
Oktober atau Mei, sebab banyak nilai yang dapat dipetik dan dimaknai dalam
perjalanan serta mempererat hubungan kekeluarga sebagai Dehonian muda. Dalam
perjalan kita juga diajarkan untuk sabar dan tidak egois kepada sesame. Sealin
itu kita juga menjadi lebih mengenal karakter konfrater kita,” harap Fr.
Agustinus Trianto SCJ.
dilaporkan oleh: Fr. Leo Maxi SCJ