Senin, 16 Maret 2015

Surat Pater Jenderal dalam rangka Ulang Tahun Pater Dehon



SUPERIORE GENERALE
CONGREGAZIONE DEI SACERDOTI
DEL SACRO CUORE DI GESù
Dehoniani
_________________________________________________________________________



Prot. N. 0139/2015
Roma, 1 Maret 2015

Sebuah kekuatan yang menghasilkan kehidupan


Untuk para anggota Kongregasi

Semua anggota keluarga dehonian


Saudara-saudari keluarga dehonian yang terkasih,

Sekali lagi, dan untuk terakhir kalinya, kami menulis surat pada kesempatan ulang tahun Pater Dehon yaitu tanggal 14 Maret. Sebenarnya, tidak sekedar mengingat sebuah tanggal, tetapi mengenang seorang pria yang pendekatannya kepada Allah dan yang pemahamannya tentang Kerajaan Allah melahirkan gerakan yang masih hidup sampai hari ini serta yang menarik banyak orang untuk bersama-sama bergabung ke dalam keluarga dehonian: perempuan, laki-laki, anak-anak, tua-muda, orangtua, orang yang belum menikah, kaum awam dan religius. Kami ingin melihat dalam diri Pater Dehon, seuatu yang baru. Tak bisa lain kecuali terus menggali untuk mendapatkan aspek-aspek dan wawasan baru yang masih tersembunyi dari kita hingga kini. Dan hal-hal yang telah Tuhan berikan kepada kita dalam diri Rm. Dehon.


Melalui surat ini kami ingin berbagi sesuatu yang sangat penting dan yang refleksinya masih jauh dari selesai. Hal ini berlaku bagi kami, anggota Dewan Jenderal untuk semua anggota keluarga dehonian.


"Belaskasih" - ini adalah kata pertama dalam moto untuk Kapitel Jenderal kita mendatang yang akan berlangsung dari tanggal 17 Mei sampai dengan 6 Juni 2015: "Belaskasih dalam Komunitas bersama Kaum Miskin". Tema ini tidak diusulkan oleh Dewan Jenderal, tetapi oleh anggota Komisi Persiapan Kapitel Jenderal, setelah menerima saran dari para Superior Mayor dalam pertemuannya pada bulan November 2013. Awalnya, sebagai Dewan Jenderal, kami terkejut oleh usulan ini, terutama dari kata "belas kasihan". Keterkejutan itu dirasakan juga oleh banyak konfrater, bukan hanya kami. Dalam kenyataannya, kata "belas kasihan" tidak memiliki makna yang sangat signifikan dalam tulisan-tulisan dehonian. Kata tersebut tidak muncul dalam Konstitusi dan jurnal kita, Dehoniana, tidak pernah dibicarakan topik ini. Belas kasih nampaknya bukan bagian fundamental dalam spiritualitas dehonian.


Bagi kita semua tampak jelas bahwa tema belas kasihan telah menjadi milik kita dengan kekuatan yang lebih besar berkat ajaran magisterial Paus Fransiskus. Bahkan, dari hari pertama masa kepausannya, baik dengan kata-kata maupun tindakan, Paus Fransikus telah menyatakan bahwa gereja harus menjadi "Gereja yang Berbelaskasih". Dengan demikian, ia telah menyentuh banyak orang dan telah menanggapi keinginan banyak orang, baik di dalam maupun di luar gereja.


Sekarang, bagaimana dengan kita dehonian?


Pater Dehon dan Belas Kasih


Idealnya, kita memulai dengan bertanya pada Pater Dehon tentang tema ini: “apakah belaskasih menunjukkan padanya sesuatu yang signifikan?” Jika benar, apa yang mau disampaikan dari kata tersebut tentang Tuhan dan panggilan Kristiani di dunia ini? Apa konkret yang dia katakan saat ini tentang panggilan dehonian di dunia?


Pertama-tama kami terkejut saat meneliti situs www.dehondocs.it, sarana yang sangat berguna untuk mengenal pendiri kita karena menyediakan akses digital ke semua tulisa Pater Dehon, yang sedang dalam proses penerbitan. Riset online mengungkapkan bahwa Peter Dehon sering berbicara tentang belas kasihan dalam tulisan-tulisannya. [1] Ide Pater Dehon tentang belas kasihan berkembang lebih luas, tidak begitu banyak tulisan-tulisannya di jurnal tetapi dalam tulisan-tulisan spiritualnya.[2] Khususnya di meditasinya, banyak bab dengan judul belas kasih.[3] Pater Dehon biasa menerima inspirasi dari Kitab Suci. Dan kita perhatikan seberapa sering Pater Dehon menghidupi, bermeditasi dan berdoa berdasarkan Kitab Suci. Dan ini adalah salah satu kualitas khusus dari pengalaman Pater Dehon yang kita syukuri hari ini.


Melalui kisah-kisah Kitab Suci Pater Dehon juga menyampaikan pengalaman spiritualnya kepada kita. Meditasinya tidak mengandung uraian teologis atau penjelasan dogmatis, tapi mengungkapkan pengalaman spiritual yang dinamis dasarnya ditemukan dalam perjumpaan dan relasi. Kami menemukan diri kami di hadapan Allah yang penuh kasih mencari manusia. Di panggung cerita ini muncul domba yang hilang, dirham yang hilang, dan kemudian ditemukan, anak yang hilang, Zakheus, Matius, wanita Samaria, Petrus, Thomas. Bagi Pater Dehon masing-masing dari figur-figur ini, pada gilirannya, memberikan kesaksian tentang belas kasih Allah dan kemungkinan hidup baru. Allah yang berinisiatif, pergi mencari yang hilang, meninggalkan tempatNya dan orang-orang yang sangat mengenalNya untuk pergi kepada orang-orang yang tidak lagi mengenal Nya: "Tidakkah kamu tahu bagaimana seorang gembala pergi mencari domba yang hilang? Dia tidak berhenti mencari, tetapi meninggalkan yang lain, mencari di hutan, padang belantara, dan tebing. Ketika akhirnya dia menemukannya, Ia mengambil dan membawa di pundaknya. Dengan cara ini, Aku ingin memperlakukan kalian. " (RSC 292).


Menurut visi spiritual Pater Dehon, Tuhan tidak hanya pergi melihat tetapi menyambut tanpa syarat memeluk, melupakan masa lalu dan semuanya memungkinkan untuk sebuah awal baru melampaui harapan dan keterbatasan mereka yang serba mungkin. Dalam cerita ini, kita harus membayangkan dalam pikiran kita semua kegiatan ini, semua yang dihadapi, dan sukacita yang dihasilkan, jika kita benar-benar ingin memahami pengalaman Allah yang berbelas kasih seperti yang ditawarkan Pater Dehon.


Dalam tulisan-tulisan Pater Dehon, kata "Tak Terbatas" (infini) sering muncul menyertai sabda belas kasih Allah. Belas kasih ini tak terbatas dan tanpa batas, dalam ketidakmampuan dan perhatian serta kepedulian akan yang lain, demikian juga dengan keadilan, karena “Jesus memiliki hati seorang penyembuh dan hati seorang sahabat melebihi hati seorang hakim yang bengis.” (CAM 1/242).


Belas kasih tak terbatas dan tanpa batas ini membawa kita ke sumber dari belaskasih Allah, Pater Dehon sering menggambarkan sebagai "kasih yang berkelimpahan" (Exces d'amour). Baginya, kasih yang berkelimpahan ini nampak dalam salib, sengsara, dan juga peristiwa inkarnasi yang merupakan perwujudan belas kasih yang paling tertinggi. Cinta yang Berelas kasih berisi tindakan Kristus yang paling besar yakni pengosongan diri-Nya, meskipun Allah rela menjadi hamba, seperti dikatakan Rm. Dehon ketika berbicara tentang surat kepada orang Filipi. Perbendaharaan katanya bisa jadi terbatas secara teologis pada saat itu: seperti kata “Penghancuran”, “penghinaan”, “pengorbanan” yang pada waktu lebih melihat manusia secara skeptic baik segi teologi maupun rohani daripada paham yang lebih mendalam akan kasih Allah yang tak terbatas. Akan tetapi, apa yang harus beliau katakan tinggal tetap pada saat guru rohani mengingatkan kita akan sebuah kenyataan bahwa teologi mesti harus menangkap kembali; “tidak ada bentuk keilahian lain akan Allah yang  jauh lebih besar, yang Kitab Suci jabarkan lebih dari belas kasihNya”. (RSC 72)


Dengan berlalunya waktu, teologi telah mengambil langkah lebih lanjut: belas kasih Allah dapat dipahami hanya jika berakar dalam teologi Tritunggal.[4] Allah Tritunggal, Bapa, Anak, Roh Kudus, dalam dirinya sendiri terdapat komunikasi dan relasi. Esensinya adalah persembahan diri yang tak terbatas pada yang lain. Karena itu, belas kasihan menjadi cermin dari Trinitas.


Dari perspektif trinitaris, belaskasih berasal dari permulaan dunia, berasal dari akar dan sebuah realitas ciptaan. [5] Sehingga, belas kasih dalam ciptaan, dalam penjelmaan, penderitaan dan kebangkitan bukan hanya sebuah tanggapan Allah akan dosa dunia. Belas kasih melebihi semuanya, meneruskan kenyataan dan berbagi keberadaan-Nya sebagai bentuk pemberian diri bagi yang lain.


Rm Dehon menyadari bahwa belas kasih yang demikian tidak hanya tanggapan atas dosa dunia tetapi juga sebuah ekspresi fundamental akan Allah Bapa. Dalam beberapa meditasi, beliau menggambarkan cinta dan belas kasih Allah menolong manusia, khususnya mereka yang menderita, mereka yang sakit dan menyatakan bahwa kasih yang berkelimpahan adalah kelahiran baru dan daya pembaharuan, kemampuan untuk mengadakan mukjizat, penyembuhan dan pengampunan: “Sumber belas kasihNYa, mukjizat-mukjizat-Nya, pertolongan-Nya; dan belarasa yang menyuburkan kita. Belarasa menggerakkan-Nya. Memaksa-Nya untuk mengadakan mukjizat, Dia melihat mereka yang sakit, dan hati-Nya tergerak oleh belaskasihan dan menyembuhkan mereka. Jika kita memiliki hati yang berbelarasa seperti hati Yesus bagi mereka yang tidak beruntung, jika kita menanggapi secara spontan menurut kehendak sang Penyelamat yang belas kasih, mengapa kita tidak menjadi alat-Nya untuk turut menjadi penyembuh?” (CAM 1/234).


Namun bagaimana kita bisa berhasil secara tepat, dalam berpartisipasi akan keilahian yang dinamis ini, dalam kasih berkelimpahan yang melahirkan hidup baru? Tanggapan Rm. Dehon sungguh mengejutkan, karena begitu sederhana dan melampaui jamannya; kepercayaan. Merujuk pada tulisannya; “Meditasi ini (pada kepercayaan), bagian akhir dari retret ini, sangatlah penting dan merangkum semuanya. Jika seseorang mempraktekkan latihan yang disarankan, dia mengapai semuanya. Namun bila tidak, retret tidak akan membuahkan apa-apa” CAM1 256.  Dengan cara ini, Rm Dehon memperkenalkan belas kasih pada meditasi yang terakhir. Percaya akan cinta dan belas kasih; merupakan satu-satunya syarat untuk masuk dalam sebuah dinamika belas kasih.


Tanggapan kedua Pater Dehon adalah: ; “kita perlu menghubungkan antara rahmat dan tindakan pada inisiatif kita, mewujudkan belaskasih pada sesama kita” (RSC 318). Pater Dehon dan tradisi spiritualitas Hati Kristus menyebutnya "redamatio," yaitu ‘cinta yang memulihkan’, bahkan mencintai atas nama orang-orang yang menolak untuk mencintai. Belaskasih meminta seseorang untuk hidup dalam praktik pemberian diri.


Tentunya kita masih harus banyak belajar untuk lebih memahami tentang belas kasihan. Kita perlu untuk memperdalam dan memperluas soal nilai belas kasih dengan penuh hormat sehubungan dengan karisma dehonian.


Belaskasih Dalam Komunitas Bersama Kaum Miskin


Di tengah-tengah motto untuk Kapitel Jendral yang akan datang, bulan Mei / Juni 2015, kita menemukan komunitas bukan belas kasih. . Sebuah komunitas yang kita sadari sebagai panggilan kita; di dalamnya, panggilan kita mewujud untuk pertama kalinya; dari komunitas kita diutus ke berbagai bentuk kerasulan


Pusat komunitas dalam motto, mengandung dua hal; belaskasih sebagai kualitas dan kemiskinan sebagai tempat pelayanannya.


Apakah belaskasih merupakan sebuah kualitas yang menjadi ciri komunitas kita? Dengan pertanyaan ini kita merujuk baik kepada komunitas dehonian maupun untuk banyak kelompok yang terinspirasi oleh karisma dehonian. Pertanyaan itu pertama-tama mengarah pada sebuah kenyataan dan kesaksian hidup kita bersama, sejauh kita sebagai Dehonian Sungguhkah ada kasih berkelimpahan yang diwujudkan dalam pemberian diri kita bagi yang lain? Pelayanan kita, persembahan diri kita, kesiapsediaan kita, rekonsiliasi kita dimulai hanya ketika kita pergi keluar dari biara kita, dari rumah tempat tinggal kita? Jika kita sungguh memahami belaskasih menurut tradisi kita, cara hidup bersama kita menjadi pewartaan cinta dan belaskasih yang membuat kualitas hidup baru menjadi mungkin melampaui tembok-tembok budaya, kebangsaan, karakter dan dosa.


Dan kemudian, setelah mengalami belas kasih Allah, kita harus menuju ke pada orang-orang miskin.


Belas kasih bukanlah pemanis atau peneydap rasa yang naif. Mereka yang mengalami cinta dan belas kasihan Tuhan tidak dapat tidak mesti menjadi alat kasih ini, terutama di tempat-tempat di mana kehidupan terancam, ditekan, terbatas, luka. Faktanya bahwa 100 tahun yang lalu, Fr. Dehon melibatkan diri - meskipun harus terpisah dari saudara-saudarinya – mewakili dimensi sosial kongregasi kita bukanlah hasil dari pertimbangan politik maupun kewajiban moral. Ketrlibatan Itu adalah sebuah tanggapan. Tanggapan terhadap cinta yang terungkap di kayu salib sebagai sumber kehidupan dan kemenangan atas setiap kematian.


Dengan hormat dan sukacita yang mendalam, kita melihat bagaimana pria dan wanita dalam keluarga dehonian secara terus menerus menggambarkan inspirasi mereka yang sungguh digerakkan oleh belaskasih, dan siap untuk keluar ke tengah hiruk pikuk kehidupan social, sebagaimana Paus Fransiskus sarankan. Di zaman seperti kita, kita berhadapan dengan beban kekerasan yang tak terbayangkan, siapa yang dapat meragukan bahwa dunia membutuhkan belaskasih, atau jika kita menggunakan Bahasa Dehonian, siapa yang dapat meragukan bahwa dunia membutuhkan  kerajaan Hati Yesus?


Pada permulaan surat ini, secara sederhana kami menulis bahwa kami ingin berbagi dengan kalian apa yang secara perlahan-lahan muncul ditengah-tengah kita; sebuah aspek baru dalam pengalaman rohani yang menandai kata dan tindakan Pater Dehon; sesuatu yang  memperkaya bagi panggilan Dehonian kita, sembari mengenang kelahiran Pater Dehon dengan penuh syukur.


Akhir Kata


Ini adalah surat terakhir yang ditujukan kepada Anda oleh Dewan Jenderal, yang dipilih pada Kapitel tahun 2009 dipilih untuk memimpin kongregasi. Dalam enam tahun terakhir kami telah dipanggil untuk menjaga warisan yang ditinggalkan Pater Dehon. Ini telah menjadi kehormatan bagi kami selama periode ini untuk membuka harta karun tulisan Pater Dehon untuk seluruh dunia yang lebih luas dengan menerbitkan secara online. Kapitel yang ke XXII telah meminta kami untuk menaruh perhatian pada Pribadi Kristus sebagai pusat hidup kongregasi. Kristus adalah rahmat yang telah kita terima, rupa Allah yang telah mengosongkan diri (Fil 2,8), dan yang membagikan hidup kita dan mewahyukan kemampuan yang besar untuk kasih melalui lambung yang terbuka.


Kami mohon kalian untuk berdoa bagi kongregasi, terutama selama kapitel jenderal. Kapitel merupakan saat yang istimewa bagi kongregasi. Kapitel menjadi sebuah tanda akan apa yang kita ketahui menjadi nyata pada saat yang tepat. Saat dimana kita percaya bahwa Roh Yesus lebih aktif dalam diri kita. Ini adalah saat untuk melihat masa depan, menuju suatu saat dimana kata-kata kita menjadi penuntun jalan kita enam tahun ke depan. Berkumpulah dalam komunitas dan berdoa bagi kami mulai tanggal 17 Mei-6 Juni.


Tanggal 14 Maret juga merupakan hari doa untuk panggilan. Marilah kita berdoa bagi orang-orang yang akan segera menjadi bagian dari keluarga dehonian. Kita mohon pada Tuhan agar hidup mereka diperkaya oleh iman dalam kasih Allah bagi mereka. Mari kita mohon, agar karisma dehonian selalu menjadi sebuah panggilan yang membuat banyak orang terus mengikuti. Mari memperteguh kepercayaan bahwa apa yang Pater Dehon renungkan tentang lambung yang tertikam, tentang Kitab Suci sebagai pusat dan rahmat belaskasih, menjadi pemberian hidup yang tidak hanya bagi jiwa kita tapi juga lingkungan dimana kita hidup.


Untuk seluruh keluarga dehonian, kami mengucapkan selamat mengenang dengan penuh kebahagiaan hari lahir Pater Dehon.


Dalam Hati Yesus.


                                                                              P. José Ornelas Carvalho, SCJ

                                                                                        Superior Jenderal

                                                                                          Dan Dewannya






[1] tema "belas kasihan" muncul dalam dehondocs  808 kali. Dilihat dari frekuensi tampaknya jauh lebih sedikit daripada "cinta" (3980x), "dosa" (1951x); namun lebih sering daripada kata-kata "pengorbanan" (405x) dan "persembahan" (185x). Diakses  3 Februari 2015.

[2] Les couronnes d’amour (CAM), La retraite du Sacré-Cœur (RSC), L’année avec le Sacré-Cœur (ASC)

[3] “The Heart of Jesus is All Love and Mercy” (CAM 1). “Mercy of the Heart of Jesus for Sinners” (CAM 1). “The Mercy of Our Lord Invites us to Return to His Love” (RSC). “On the Mercy of God” (RSC). “Conversion of St. Peter through the Profound Mercy of the Heart of Jesus” (RSC). “Heart of Jesus, Patient and Very Merciful” (MSC).

[4] Walter Kasper, Mercy-The Essence of the Gospel and the Key to Christian Life. NY: Paulist Press. 2014. Especially V, 2: Mercy as Mirror of the Trinity.


[5] Walter Kasper, Misericordia, p. 150s.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar