Minggu, 29 Mei 2016

Surat Pater Jendral untuk Pesta Hati Kudus Yesus 2016




Menyambut Orang Asing
Surat untuk Pesta Hati Kudus


Untuk semua Dehonian
Untuk semua Anggota Keluarga Dehonian

PERJUMPAAN  DENGAN ORANG ASING
            Dalam perjalanan kembali dari Koodal menuju Aluva, sebuah kota di selatan India, kami berhenti di sebuah warung desa kecil di pinggir jalan. Kami mengalami banyak pengalaman di daerah ini kecuali keheningan: banyak aktivitas di jalan, pengeras suara, spanduk, penyanyi, penari, logo partai politik. Kami terperangkap dalam kampanye pemilu. Suara-suara itu sungguh luar biasa. Setelah perjalanan panjang dengan mobil, kami merasa lelah, lapar, dan haus. Di dalam warung yang sedikit lebih tenang,  Rm. Thomas Vinod SCJ (Superior Distrik India) memesankan masing-masing untuk kami, Pepsi-Cola dan  makanan ringan yang sangat populer di Kerala – yaitu dadar tepung gulung dengan sayuran, dan relatif pedas.
            Seorang pria yang duduk di seberang meja saya, seorang India yang tua, dan memesan hal yang sama, kecuali dia tidak memesan Pepsi tetapi memilih segelas teh. Setelah dia selesai makan, dia menatapku dari ujung kepala sampai ujung kaki dan bertanya: "Apakah Anda bermain basket?" "Tidak" jawab saya. "Saya kurang bagus bermain basket." Kami kemudian berbicara tentang olahraga di India dan Jerman. Kemudian, ketika kami para dehonian (Rm. Thomas Vinod SCJ, Rm. Steve Huffstetter SCJ, Rm. Lenin James SCJ dan saya) meninggalkan warung dan menuju mobil, teman ngobrol saya dari seberang meja tadi mendekati saya lalu menunjuk pada kalung dehonian yang saya pakai dan bertanya, "Apa itu?" "Ini Kalung Salib dari kayu.” Jawabku. "Bagus!" Katanya, "Anda juga percaya pada kekuatan magic!"
            Siapa pun yang melakukan perjalanan mengharapkan kejutan. Beberapa kejutan membuat kita tidak mengungkapan dengan kata-kata. Perjalanan mengubah seseorang. Berkontak dengan budaya asing, berkontak dengan orang asing, merefleksikan gagasan-gagasan baru akan mengubah kita. Seseorang menjadi berubah. Seseorang menjadi berbeda. Dia berubah. Tanpa transformasi ini, tidak ada kehidupan.

MIGRASI: Sebuah tanda di zaman kita
            Begitu banyak perjumpaan menghasilkan kehidupan baru. Kemungkinan di masa-masa ini diperkuat karena tidak pernah dalam sejarah memiliki begitu banyak orang bepergian dalam pencarian kehidupan, seperti pada awal abad ke-21. Pada akhir abad ke-19 Rm. Dehon menyaksikan sendiri tantangan yang disebabkan oleh Revolusi Industri di Perancis. Bersama dengan kongregasinya, Rm. Dehon ingin memberikan jawaban atas masalah dan kebutuhan, tetapi juga untuk peluang dan kemungkinan revolusi industri bagi masyarakat. Landasan dari tanggapannya, pelabuhan yang dalam bagi tindakannya, adalah ia tertangkap oleh pengabdian kepada Hati Kudus. Dia ingin hidup dan bertindak seperti Yesus.
            Rm. Dehon telah membuka akal budinya, sehingga dapat merasakan detak jantung Hati Yesus, agar mampu menjadikan detak Hati Yesus detaknya, dan pandangan mata Yesus pandangan matanya. Dia ingin menanggapi dengan cara seperti seperti yang dirasakan oleh Yesus dan bertindak seperti Dia, dengan penuh gairah.  Revolusi Industri pada akhir abad ke-19 yang dimaksudkan oleh Rm. Dehon ini mirip pengertiannya dengan Migrasi yang terjadi pada awal abad ke-21 yaitu migrasi. Sebagai dehonian kita melihat migrasi sebagai tantangan terbesar dari zaman kita.
            Saat ini di Afrika, Asia, Amerika, dan Eropa puluhan juta orang meninggalkan rumah mereka. Mereka bergerak dari pedesaan ke kota-kota besar, dari satu negara ke negara lain, dari satu benua ke benua lain. Mengapa? Karena mereka berada dalam kesulitan ekonomi, seperti pernah dialami oleh Abraham ketika ia melakukan perjalanan ke Mesir "untuk tinggal di sana" (Kej 0:10) karena Kanaan dilanda bencana kelaparan. Yang Lainnya meninggalkan negara mereka, bukan karena bencana alam, tetapi karena negara mereka dikuasi oleh “geng-geng (penjahat/teoris)” dan perang. Lainnya yang melarikan diri karena mereka mengalami penderitaan dan penindasan serta dieksploitasi oleh sistem yang tidak adil. Dalam kesetiaan yang dinamis kepada pendiri, kita ingin berakar dalam sikap dan disposisi yang sesuai dengan sikap dan disposisi Yesus, dalam menanggapi isu-isu migrasi.

Dehonian dan Migrasi
            Dalam tahun-tahun mendatang kongregasi  ingin memberi perhatian khusus pada Belaskasih/Kerahiman Allah. Dalam belaskasih Allah kita melihat kunci kasih Allah bagi umat manusia. "Allah adalah Belaskasih," mewujudkan pengalaman dan keyakinan Paus Fransikus.[1] Dalam surat yang kami tujukan untuk Anda,  kita membiarkan diri kita dibimbing oleh tujuh karya Jasmani dan spiritual belaskasihan. Dalam surat pada kesempatan ulang tahun Rm. Dehon ini, pada tanggal 14 Maret 2016, di antara karya-karya spiritual belaskasih, kami meminta perhatian pada: "menanggung kesabaran orang-orang yang meragukan/melecehkan".  Sehubungan dengan tugas ini, kami sekarang mengundang Anda untuk mempertimbangkan karya belas kasih jasmani yang lain: "menyambut orang asing itu." Apa arti menyambut peziarah bagi kita? Apa artinya bagi kita sebagai dehonian untuk menyambut orang asing dan membantu mereka yang tidak memiliki tempat tinggal?
            Visitasi pertama kami membawa kami ke India. Di paroki konfrater kita yang berada dekat Mumbai,  kami bertemu dengan para migran. Tidak satu orangpun kelahiran di pinggiran kota yang berpenduduk 25 juta orang.  Semua berasal dari daerah lain dari India - sebagaimana Abraham - dengan keluarga mereka dan harta mereka yang terbatas mereka pergi ke Mumbai untuk alasan ekonomi, agar mereka menemukan jalan yang lebih baik bagi hidup mereka dan bagi anak-anak mereka. Pada tanggal 31 Januari, setelah Misa hari Minggu di paroki Kerahiman Ilahi di Vasai, di sisi utara Mumbai, kami diundang untuk berbicara dengan laki-laki dan perempuan yang terlibat dalam masyarakat. Kami terkejut, bahwa tidak satu orang pun yang berusia 30 tahun lahir di sana. Semua datang dari berbagai daerah di India dan berbicara bahasa yang berbeda:
Migran dari Kerala berbicara Malayalam
Migran dari Tamilnadu berbicara Tamil
Migran dari Andhra Pradesh berbicara Telugu
Migran dari Maharashtra berbicara Marathi atau Hindi
Migran dari Goa berbicara Konkani atau Inggris
Migran dari Uttar Pradesh berbicara bahasa Hindi
Migran dari Jharkhand berbicara bahasa Hindi dan dialek daerahnya
Migran dari Odisha berbicara Odia
Migran dari Karnataka berbicara Kannada

            Pemahaman yang baik tentang bahasa Inggris hanya ditemukan di antara orang-orang berpendidikan, tidak dengan migran sederhana yang tiba di Mumbai, yang sebagian besar tidak bisa membaca. Dalam situasi seperti ini - sama seperti di banyak tempat di belahan dunia - tantangannya adalah untuk menciptakan persaudaraan/kerjasama yang nyata antara orang-orang untuk mendukung satu sama lain.
            Kita perlu menawarkan bantuan kepada keluarga yang terluka, dan membangun kembali hubungan yang retak. Kita perlu memberikan pelatihan kepada semua orang yang membutuhkan bantuan secara fisik, psikologis, dan spiritual.


Yang pertama perhatian bagi orang lain
            Melihat realitas yang kita temukan di berbagai lokasi di mana para dehonian berkarya, sejumlah pertanyaan muncul secara spontan. Apa yang bisa kita lakukan sebagai Imam-imam Hati Kudus untuk memenuhi kebutuhan yang muncul dari migrasi? Bagaimana kita membuat disposisi interior Yesus menjadi nyata dalam hidup kita, pandangan-Nya, sentuhan penyembuhan-Nya, pemikiran-Nya, kata-kata-Nya, dan tindakan-Nya? Kisah perjumpaan para murid di Emaus dengan Tuhan yang bangkit memperlihatkan cara memangdang yang luar biasa dan kongkrit apa yang dimaksud dengan di satu sisi menjadi orang asing dan di sisi lain bagaimana menerima orang asing itu.
            Setelah perjalanan panjang, para murid dari Emaus lelah, lapar, dan haus. Yesus, berjalan bersama mereka, mengambil inisiatif dan bertanya: Apa yang mengganggu kalian? Apa kekhawatiran kalian? Apa yang kalian bicarakan? Tuhan,  seorang peziarah anonim, menunjukkan minat pada orang lain, bertanya tentang kehidupan mereka. Dipenuhi dengan rasa ingin tahu, ia mendengar apa yang mereka katakan. Mereka menceritakan tentang kisah salib. Minat pada keberadaan orang lain ini, pertanyaan tentang apa yang mereka lakukan adalah alasan original untuk setiap pertemuan, untuk setiap hubungan manusia, dan untuk setiap komunitas. Juga untuk kongregasi kita dan komunitas kita, yang menjadi paling pertama haruslah perhatian bagi yang lain.
            Hanya setelah para sahabat melakukan hal ini yaitu untuk saling mengungkapkan sesuatu dan untuk saling memahami - atau orang asing yang memiliki keinginan untuk saling memahami - dan kemudian duduk di meja dan makan bersama. Meja persekutuan / perjamuan tetap ada sampai saat ini menjadi  tanda yang nyata dari komunitas. Tanpa meja persekutuan Imam-Imam Hati Kudus "memutar roda mereka" dan terpisah-pisah. Tanpa memecahkan roti di atas altar di satu sisi dan di sisi lain, tanpa makan bersama-sama, makan nasi, singkong, pasta, daging atau kentang, tidak ada yang benar kehidupan religius dehonian, juga tidak ada keramahan efektif dan sambutan bagi peziarah dan orang asing. Hanya di meja umum orang asing menjadi teman. Ini adalah kebijaksanaan Emaus. Duduk di meja bersama-sama, makan dan minum bersama-sama, dan berbicara satu sama lain tentang kehidupan, menciptakan kedekatan dan kepercayaan. Semuanya kemudian menjadi penemuan dan terobosan. Ada sukacita atas perjumpaan yang membuka kita ke kebaruan cerita.

Sekedar pembicaraan tidak cukup  - Aksi nyata sebagai komunitas
            Mengingat makna sejarah dari situasi pengungsi saat ini, Bapa Suci kita Paus Fransiskus mendesak komunitas religius untuk menyambut kaum migran ke biara-biara dan struktur mereka. Khotbah saja tidak cukup. Berbi cara tidak cukup. Ini adalah tentang memberi untuk para pengungsi, migran, dan memberi tempat bagi tunawisma: ruang bersama dan waktu bersama. Menindaklanjuti gagasan ini bukanlah sesuatu yang baru bagi kongregasi. Sebaliknya, hal itu merupakan bagian dari sejarah kongregasi kita. Leo Dehon terlibat nyata dalam masalah migran Eropa yang meninggalkan Eropa pada abad ke-19 untuk pergi ke "Dunia Baru" ke Kanada, Amerika Serikat, Brazil, Argentina dan Australia - dan tidak hanya  hanya dalam tulisan-tulisannya saja. [2] Pada tahun 1913, Rm. Dehon menulis bahwa itu akan baik untuk menemani migran Eropa dengan para misionaris. Sebelumnya  (1889-1899)  ia diminta untuk mendirikan sebuah lembaga untuk emigran di Clairefontaine. Dia berbicara dengan Imam-imam Scalabrini yang berpengalaman di bidang ini dan yang mendapat dukungan dari Tahta Suci. Pada pertemuan yang diadakan di Louvain pada tahun 1899, dipilih dua opsi untuk melibatkan para konfrater Belanda yang sedang mengalami pertumbuhan pesat: "Memulai sekolah di Sittard atau mendirikan sebuah pusat sumber daya untuk emigran di Rotterdam." [3]
            Jika semua elemen ini dipertimbangkan, ketika Anak Manusia datang dalam kemuliaan dengan semua malaikat dengan Dia dan duduk di penghakiman atas takhta kemuliaan dan bertanya: "Apa yang telah kamu lakukan untuk orang asing dan tunawisma" (Mat 25 ), apa yang akan kita katakan pada-Nya? Apa yang akan kita katakan kepada-Nya sebagai komunitas yang ingin mendengarkan detak Jantung Hati-Nya? Setiap satu konfrater  perlu untuk merespon, dan kita sebagai komunitas juga perlu menanggapi. Oleh karena itu, sebagai dewan genderal, kami mengusulkan:



Setiap provinsi (dan daerah dan kabupaten) harus memiliki setidaknya satu proyek dengan mengutus anggotanya  yang terlibat dalam cara yang khusus dengan kaum migran. Rumah-rumah kita harus terbuka. Konfrater kita harus memiliki waktu untuk menemani pribadi-pribadi dalam perjalanan hidup mereka melalui dengan cara: mendengarkan mereka, membebaskan mereka dari diskriminasi kelas sosial, atau kasta, atau ras. Kami percaya bahwa sangat penting bagi setiap anggota untuk mempunyai pengalaman sendiri, bagaimana rasanya menjadi orang asing, menjadi orang asing di antara orang asing. Antara lain dan terkait dengan proposal ini, kami percaya setiap orang harus belajar bahasa yang berbeda, dan, setelah berkonsultasi dengan superior propinsi, untuk mengalami hidup setidaknya satu tahun di negeri asing dan berbicara bahasa yang berbeda dan berkomitmen untuk proyek sosial. Untuk mengizinkan komunikasi yang lebih besar di antara kita sebagai dehonian di seluruh dunia, untuk memungkinkan percakapan di antara kita sendiri, kami telah memutuskan bahwa bahasa Inggris akan menjadi bahasa komunikasi kita.

RESPONS KREATIF
            Di paroki-paroki, sekolah, universitas, di lembaga pendidikan dan formasio kita, dalam karya-karya sosial kita, di daerah dimana kita memiliki pengaruh pada opini publik, misalnya, di media dan publikasi apa pun, mari kita membuat migrasi menjadi tema kita. Kami yakin bahwa setiap konfrater bisa melakukan sesuatu. Setiap komunitas memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu yang kreatif. Setiap lembaga dan setiap pekerjaan dapat berkontribusi dalam beberapa cara khusus untuk tuntutan dan kebutuhan yang dihasilkan dari migrasi. Pada saat yang sama, di setiap komunitas di mana kita hidup, di setiap instansi tempat kita bekerja, kita dapat membuat dengan jelas peluang dan manfaat yang timbul dari migrasi.
            Sebagai putra-putra Rm. Leo Dehon, kita menyadari bahwa kita tidak harus mengubur bakat kita. Kita hidup di zaman terjadi perpindahan besar orang yang disebabkan oleh fenomena migrasi dan transformasi budaya; kita perlu menekankan pentingnya spesialisasi dan bina lanjut untuk bidang ini. Setidaknya sepertiga dari anggota kita harus memiliki gelar kedua (S2) dalam teologi, filsafat, ajaran sosial Gereja, ekonomi, matematika, studi Islam, sejarah seni, musik, atau disiplin lainnya. Kompleksitas yang terus berkembang di dunia ini membutuhkan dari kita persiapan lebih dalam agar dapat memenuhi syarat untuk merespon dengan baik pertanyaan-pertanyaan orang. Dalam dunia di mana banyak agama ditemukan, di daerah dimana terjadi dechristianized (de-krestenisasi) dan sekularisasi progresif di negara-negara tertentu, kita harus siap untuk menanggapi dengan kesaksian iman kita dan dengan terang akal budi kita. Kita harus siap untuk memberikan tanggapan yang memuaskan ketika seseorang menunjukkan minat pada kita serta menunjuk salib dengan hati yang terbuka dan mengatakan: "Apakah Anda juga percaya pada kekuatan Magic?"
            Hidup berdasarkan dari kehidupan batin Yesus dan disposisi Yesus yang mempersatukan kita, membuat kita benar-benar menjadi manusia, memberikan kita semangat, dan memiliki efek anti-totaliter. Detak jantung Hati Yesus mendesak kita untuk hidup dengan penuh semangat dan antusias. Hal ini memungkinkan kita untuk merespon tantangan hari ini dengan jawaban yang nyata, berkomitmen penuh.
            Atas nama anggota Dewan Jenderal, kami berharap: semua sama konfrater, seluruh keluarga dehonian, laki-laki dan perempuan yang bekerjasama dengan kami, mendapatkan banyak karunia Roh Kudus pada Pesta Hati Kudus Yesus!


Dalam Hati Yesus
Rm. Heinrich Wilmer SCJ
Superior Jendral, dan dewannya


[1] Paus Fransiskus, Il nome di Dio è Misericordia. Una conversazione con Andrea Tornielli. Milano. 2016.
[2] Lih. Notes Quotidiennes, NQT 27/38; NQT 25/67; MLA 725; NQT 22/122; Les Chroniques du Règne, CHR 1890/34.
[3] 3 Notes Quotidiennes, NQT 15/3. We are grateful to Fr. Juan José Arnaíz Ecker from the Centro Studi Dehoniani (CSD) for his contribution La Migrazione in Padre Dehon, which appeared on April 1, 2016 at www.dehon.it. In the history of this transmission source, this is the first study that covers migration in the life and work of Leo Dehon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar