Kamis, 28 Agustus 2014

"Hantarlah Banyak Orang kepada Yesus!"

Kisah panggilan Rm. Andreas Budiyo SCJ



"Ande" Begitu terman-teman dan tetangga di desa memanggilku. Mungkin karena mereka kesulitan harus mengucapkan huruf r di tengah-tengahnya, Andre. Bahkan tidak jarang mereka mengkaitkan namaku dengan kisah terkenal dalam budaya jawa, Ande-ande Lumut. Panggilan Ande dengan mudah dikaitkan dengan tokoh Ande-ande lumut yang harus "turun" dari pertapaan karena dorongan sang ibu karena ada putri-putri yang tertarik dengan dia. Kisah Ande-ande lumut berakhir dengan keputusannya memilih seorang putri yang secara fisik tidak menarik namun memiliki ketulusan dan kejujuran. Ande-ande lumut diantar oleh banyak pihak untuk sampai pada sebuah pilihannya.
Seperti kisah Ande-ande Lumut', demikian pula kisah panggilanku. Ada banyak orang yang mengantarkan aku sampai panggilan ini. Aku merasa bersyukur dilahirkan dalam sebuah keluarga petani yang sederhana namun memiliki dasar iman katolik yang kuat. Sejak kecil bapak telah menanamkan kesederhanaan kepada kami. Bahkan sebagai anak ragil dari 6 bersaudara, saya pun diajari apa arti sebuah kesederhanaan. Bapak mengantarkan aku untuk belajar di TK-SD Xaverius (sekarang Fransiskus) Kalirejo. Berbekal menu seadanya, setiap pagi aku diantar dengan sepeda 'Onthel' tua milik bapak untuk sampai di jalan raya menuju sekolah. Bapak mendaftarkan aku ke sekolah Katolik amat berharap bahwa kelak aku memiliki dasar iman yang kuat Tugas bapak untuk menemani kami selesai karena Bapa di surga menghendaki berbeda. Bapak berpulang kepada Bapa  saat aku duduk di bangku kelas 3 SD. Tugas Bapak masih tetap aku rasakan hingga saat ini: saat aku menentukan pilihanmenjadi seorang Dehonian.
Selain bapak, ada simbok dan kakak-kakakku yang telah mengantarkan aku hingga saat ini. Setelah bapak meninggalkan kami, Simbok berperan sebagai bapak, terman, sahabat dan orang tua bagiku. Dengan penuh kesabaran dan kerja keras, simbok mendampingiku melanjutkan pendidikan sekolah Xaverius meski yang harus menanggung beban biaya yang cukup besar. Simbok selalu memberi kesempatan padaku untuk terlibat di berbagai kegiatan Gereja dan lingkungan. Dengan begitu, aku semakin akrab dengan kegiatan-kegiatan Gereja. Kegiatan misdinar, legio Mariae, sampai tugas-tugas di Gereja membuatku semakin mengerti arti sebuah pelayanan. Demikian juga ketiga kakak laki-laki dan dua kakak perempuan yang tak pernah lelah mengajariku banyak tentang kehidupan. Dengan cara mereka masing-masing, mereka menuntun aku semakin dewasa melewati berbagai tantangan dalam menapaki panggilan.
Panggilan untuk menjadi biarawan semakin jelas karena tuntunan Br. Krismanto,FIC. Dengan gaya bicara yang bersemangat, beliau mengenalkan kehidupan biara dan para religius. Bahkan tanpa aku sadari, beliau menginspirasiku untuk tetap bersemangat dalam situasi apapun. Aku ingat betul waktu itu, dengan sepeda onthel aku diajak berkeliling menuju Goa Maria La Verna. Sembari berziarah, aku diajak berkunjung ke biara-biara yang ada di Kalirejo dan Pringsewu. Dari beliau aku telah diantar untuk sermakin mengenal hidup membiara dan panggilan untuk menjadi imam.
Tidak ada pernah ada sebuah kebetulan dalam hidup. Tuhan selalu punya rencana dalam setiap peristiwa. Demikian juga dalam hidup panggilanku. Bukanlah sebuah kebetulan sejak TK aku telah disekolahkan di SD Fransiskus Kalirejo yang jaraknya berpuluh kilometer dari rumahku. Dimana aku menghabiskan separuh hari-hariku. Disana aku bisa berkembang tidak hanya secara inteletual, namun juga berkembang secara spiritual. Bukan pula sebuah kebetulan aku berkembang dalam tuntunan simbok yang tidak hanya mengajarkan arti sebuah kesederhanaan, namun juga sebuah pengorbanan yang total. Demikian juga kelima saudara kandung yang menuntun aku sampai imamat suci ini. Dan bukan pula sebuah kebetulan, aku diberi nama baptis Santo Andreas yang setia menyertai Yesus. Dia menghantarkan banyak orang sampai pada perjumpaan dengan Yesus.

"Kerjakanlah tugas-tugas yang telah dipercayakan kepadamu dengan cinta," demikian nasehat kakak tertuaku sebelum aku berangkat ke tempat aku menjalani masa diakonat SMP Yos Sudarso, Metro. Berbekal pengalaman kasih dalam keluarga inilah, aku menghayati perutusanku di Asrama Leo Dehon dan SMP Yos Sudarso. Aku datang untuk menemani dan menghantar anak-anak semakin mengenal Yesus dalam kehidupan di asrama. Kehadiranku dalam kegiatan-kegiatan di asrama menjadi sarana paling nyata untuk menunjukkan jalan sebagai Anak-anak Allah. Aku hadir sebagai orang tua, ternan dan sahabat bagi mereka. Dan aku semakin sadar melalui panggilan imamat suci inipun aku mampu menghantar banyak orang untuk sampai pada Yesus. Aku menjadi alat-Nya yang kecil di tengah dunia saat ini. Semoga DIA semakin dikenal dalam seluruh karya pelayanan dan hidupku.

Aku bersyukur karena Cinta Hati Kudus Yesus yang senantiasa memampukan aku melewati setiap peristiwa hidupku hingga saat ini. Terima kasih kepada bapak yang pasti selalu mendoakan aku dari surga. Terima kasih kepada Simbok yang telah melahirkan dan menuntun aku sampai pada Tahbisan suci ini. Kepada Mas Widodo, Mas Doyo, Mas Tondo, Mbak Dayati, Mbak Yuli terima kasih telah mengarahkan aku dengan sabar sampai pada hari ini. Demikian juga kepada guru-guru, para konfrater SCJ sebagai formator dan semua pihak yang telah menjadi 'perantara' Kasih Allahbagiku. Semoga hidup kita pun menjadi berkat dan perantara Rahmat Allah bagi sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar