Kamis, 22 September 2016

Pesta Emas Hidup Membiara Mgr. Aloysius Sudarso SCJ


Lima puluh tahun bukanlah perjalanan yang singkat. Lima puluh tahun merupakan perjalanan yang panjang dan penuh liku. Lima puluh tahun mampu menempa seseorang menjadi lebih bijaksana dan matang dalam kehidupan. Secara khusus,Bapa Uskup Agung Palembang, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ telah menempuh perjalanan yang penjang sebagai seorang biarawan SCJ,perjalanan 50 tahun hidup membiara, PESTA EMAS HIDUP MEMBIARA. Tepatnya tanggal 15 Agustus 1966 yang lalu, Mgr. Sudarso Mengikhrarkan Kaul-Kual Hidup membiara dalam Kongregasi Imam-Imam hati Kudus Yesus.


Perayaan syukur 50 tahun hidup membiara Mgr. Al. Sudarso SCj dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2016 di Seminari St. Paulus Palembang. 
 
Mgr. Sudarso dalam kesempatan kotbahnya mensharingkan pengalamannya dalam mengarungi panggilan sebagai Biarawan. Beliau bersyukur atas teladan yang diberikan oleh orang tua beliau yang membentuknya menjadi seperti sekarang. Mendidik menjadi manusia yang sederhana. Anak ke dua dari depalan bersaudara ini merasa bersyukur dan bangga dilahirkan sebagai anak yang kedua.  Sifat kedua orangtua membentuk hidup Mgr. Sudarso, sederhana, suka humor, rapi, kalem, suka mendengarkan orang lain, tekun, setia, dan religius, begitu yang disahringkan oleh Mgr. Sudarso.


Banyak pengalaman-pengalaman sederhana yang disharingkan oleh Mgr. Sudarso, yang dimaknai beliau sebagai pengalaman yang berharga yang membantunya untuk memilih jalan hidup sebagai biarawan. Tidak mudah bagi beliau untuk memilih panggilan hidup, tapi Mgr. Sudarso merasa bahwa Tuhan telah menuntunnya untuk menjadi biarawan, maka beliau memutuskan untuk bergabung dalam Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus (SCJ). 

Mgr. Sudarso dalam renungannya menyampaikan penghayatannya dalam menghayati kaul hidup membiara. Penghayatan nasehat-nasehat injil bukan hanya berlaku bagi para biarawan tetapi juga bagi keluarga. Misalnya dalam kaul ketaatan, menghayati kehendak Tuhan yang dihayati dalam komunitas. Keluarga juga harus senantiasa menemukan kehendak Tuhan dalam keluarga. Tuhan menjadi dasar ketaaatan hidup kita. Dalam kaul kemurnian, tujuan utama kaul kemurnian adalah persatuan dengan Allah sepenuhnya dengan tidak menikah sehingga Allah menjadi utama dalam hidup. Dalam keluarga juga sama, kasih utama adalah kepada Allah, dan menjadikan Allah yang utama dalam keluarga dengan menjaga kemurnian dan kesetiaan dalam keluarga. Kaul kemiskinan, dalam hidup membiara tidak ada harta pribadi, tidak boleh posesif terhadap harta benda, demikian juga dalam keluarga, tidak boleh posesif ingin memiliki segala sesuatu. Misalnya posesif terhadap anak.


Menjalani hidup harus penuh suka cita, demikian yang disampaikan oleh Mgr. Sudarso. Apakah ada suka cita dalam memilih hidup membiara, sebagai imam, sebagai keluarga. Kita juga harus menunjukkan kasih Tuhan bagi sesama. Sebab kita adalah sahabat Allah, menjadi partner kerja Tuhan. Sebagai sahabat kita harus saling mengingatkan. Setelah 50 tahun menghayati hidup membiara, Mgr. Sudarsao mengalami bahwa spritualitas Hati Kudus Yesus yang dihayati ternyata hanya pintu masuk menuju spirtualitas Tuhan Yesus yang begitu besar. Beliau bertemu dengan kekayaan Tuhan yang begitu besar, dan bertemu dengan aneka macam penghayatan kepada Tuhan. terlebih tugasnya sekarang sebagai Uskup beliau harus bisa merangkul bermacam-macam aneka penghayatan kepada Tuhan yang memiliki kekayaan yang luas. 

Pada kesempatan ini, Mgr. Sudarso menghaturkan syukur dan terima kasih, atas kesetiaan Tuhan selama ini, atas doa-doa para Imam, biarawan-biarawati, dan seluruh umat, secara khususnya saat sakit. Mgr. Sudarso juga berharap agar apa yang beliau alami tidak berubah, semoga tetap menjadi sederhana, dan berharap agar senantiasa diingatkan dalam tugas-tugasnya.


foto-foto bisa dilihat di: Pesta Emas Membiara Mgr. Al. Sudarso SCJ


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar