Kamis, 02 Oktober 2014

Kesetiaan Pada Komitmen Menjadi Kekuatan Sebagai Bruder SCJ

Br. Petrus Susanto SCJ

Sosok sederhana, berwibawa dan humoris, ialah Bruder Petrus Susanto, SCJ. Lahir di Belitang pada tanggal 7 Desember 1963 dan menjalani masa kecilnya hingga bersekolahdisana. Belum pernah terbayang oleh beliau sebelumnya bahwa kini ia menjadi seorang biarawan SCJ. Beliau bercerita bahwa di tempat tinggalnya dulu ada seorang Bruder FIC yang menjadi teladan hidupnya. Walaupun saat itu beliau belum mengetahui persis kehidupan para Bruder, ketertarikan untuk memilih jalan hidup seperti itu mulai ia rasakan.

Dari kecil, Bruder Santo sesungguhnya bercita-cita untuk menjadi seorang guru, namun setelah menyelesaikan SPG, beliau ditawari oleh Rm. Antonius Yuswita, SCJ untuk masuk Seminari. Saat itu, Rm. Yuswita, mengatakan bahwa untuk masuk seminari tidak hanya untuk menjadi imam, tapi ada juga pilihan lain yakni menjadi seorang Bruder atau biarawan. Mengingat keinginan masa kecilnya dulu saat mendapat pendidikan dari bruder-bruder FIC, beliau akhirnya mengiyakan tawaran tersebut dan meneruskan belajar di Seminari pada jentang Rethorica dari tahun 1985-1986.

Dari kecil, Bruder Santo sesungguhnya bercita-cita untuk menjadi seorang guru, namun setelah menyelesaikan SPG, beliau ditawari oleh Rm. Antonius Yuswita, SCJ untuk masuk Seminari. Saat itu, Rm. Yuswita, mengatakan bahwa untuk masuk seminari tidak hanya untuk menjadi imam, tapi ada juga pilihan lain yakni menjadi seorang Bruder atau biarawan. Mengingat keinginan masa kecilnya dulu saat mendapat pendidikan dari bruder-bruder FIC, beliau akhirnya mengiyakan tawaran tersebut dan meneruskan belajar di Seminari pada jentang Rethorica dari tahun 1985-1986.

Br. Santo SCJ (berdiri paling kanan) bersama para bruder scj
Dari awal beliau memang sudah menetapkan pilihan untuk menjadi seorang Bruder, walaupun ada banyak pertentangan dari orang-orang yang mengenalnya. Namun, beliau tetap teguh akan pilihan itu dan memutuskan untuk melamar menjadi seorang Bruder pada tarekat Imam-Imam Hati Kudus Yesus (SCJ). Perjalanan panggilan beliau pun tidak begitu mulus, ada banyak tantangan yang dihadapi. Pada tahun 1987, beliau menjalani masa sebagai seorang Aspiran di Paroki Sukakarya, Lubuk Linggau lalu menjalani masa Novisiat di Gisting pada tahun 1987. Satu tahun kemudian diperkenankan untuk mengikrarkan kaul pertamanya. Setelah kaul Pertama, beliau diutus ke Skolastikat SCJ, Jogjakarta untuk persiapan kuliah. Kemudian beliau memutuskan untuk mengambil sekolah Pastoral di IPI Malang, namun sayangnya beliau tidak dapat menyelesaikan kuliah ini hingga jenjang Sarjana, karena pada saat itu beliau sudah dipersiapkan untuk tugas belajar yang lain.

Beliau dipersiapkan untuk sekolah keperawatan. Hal ini bagai menjadi pukulan berat bagi beliau karena harus mengulang belajar lagi dari nol. Namun sebagai bentuk dari penghayatan kaul ketaatannya, akhirnya beliau mengiyakan tugas ini dan menyelesaikan semua proses belajar dengan baik. Setelah menyelesaikan sekolah keperawatan, Bruder bekerja sebagai seorang perawat di Rumah Sakit Charitas, di Belitang dan segera setelah masa kontraknya habis, beliau diutus lagi untuk kuliah kembali pada bidang yang sama sebagai kelanjutan dari proses belajar di SPK. Semua proses belajar ini, dijalani dengan sepenuh hati agar siap menjadi perawat bagi imam-imam dan bruder SCJ yang sakit dan lansia. Hingga pada tahun 1995, beliau diperkenankan untuk mengikrarkan kaul kekalnya sebgai keputusan final dari pilihan hidupnya.

Bruder Santo sungguh menghayati panggilannya sebagai seorang biarawan SCJ. Kesetiaan pada komitmen yang telah dibuatnya menjadi kekuatan dalam menjalani hari-hari sebagai seorang Bruder. Tugasnya sebagai seorang perawat, dihayati sebagai bentuk pelayanan yang penuh kasih kepada sesama. Ia sungguh bersyukur boleh menjadi seorang Bruder karena karya pelayanan yang lebih luas jangkaunnya. Beliau juga sadar bahwa tantangan untuk menjadi seorang Bruder pada jaman ini tidaklah mudah. Beliau berharap akan ada para penerusnya untuk menjadi seorang Bruder karena saat ini Kongregasi SCJ hanya memiliki sedikit anggota bruder. Beliau menyayangkan bahwa promosi panggilan saat ini kurang memperkenalkan kebiaraan seorang SCJ, yakni panggilan hidup menjadi Bruder itu sendiri. Beliau berharap kesetiaan panggilan hidup religiusnya yang telah dijalani selama lebih dari 25 tahun ini, bisa menjadi berkat bagi sesama dan akan tetap dijalani hingga akhir hidupnya, tentu sebagai seorang SCJ.

Fr. Jonathan Christian M. & Fr. Andreas Fajar Nugroho
-Novis SCJ-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar