Senin, 29 Februari 2016

Menjadi Religius yang Berbelas Kasih


Mengawali programnya di tahun 2016, TKSK (Tim Kerasulan, Sosial, dan Kemanusiaan) Keuskupan Agung Palembang menimba kekuatan rohani bersama Rm. Paulus Harnasa Purba SCJ dengan mengadakan kegiatan Penyegaran Rohani atau Rekoleksi. Tema rekoleksi kali ini adalah Menjadi Religius yang Berbelas Kasih, Seperti Bapa Berbelas Kasih. Rekoleksi kali ini diikuti oleh 54 peserta dari berbagai Religius yang berkarya di Keuskupan Agung Palembang.Tema rekoleksi ini sejalan dengan fokus program kerja TKSK KAPAL tahun 2016 yaitu Menanamkan Budaya Belas Kasih dan Keluarga. 

Dalam renungannya, Rm. Harnasa Purba, mengajak para peserta untuk merenungkan Bulla Misericordia Vultus yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus. Di awal rekoleksi peserta diajak untuk mengenali belenggu-belenggu kelaliman jaman ini seperti yang banyak ditulis Paus Fransikus dalam bulla  Misericordia Vultus. Menjadi pertanyaan mendasar, mengapa Paus Fransiskus banyak menyinggung belenggu-belenggu kelaliman pada jaman ini. Nampaknya fenomena-fenomena jaman inilah yang menimbulkan keprihatinan yang mendalam dalam diri Paus Fransiskus sehingga mencanangkan tahun ini menjadi tahun Belas Kasih / Kerahiman Bapa serta menerbitkan Bulla Misericordia Vultus, atau lebih lengkapnya Misericordiae vultus Patris est Christus Iesus, yang artinya Yesus Kristus adalah wajah kerahiman Bapa.


"Yesus Kristus adalah wajah belaskasih Bapa. Kalau mau melihat wajah belas kasih Bapa..Lihatlah Yesus.. Kalau mau melihat wajah Yesus..lihatlah Kitas Suci." Demikian yang diungkapkan oleh Rm. Harnasa. Belas kasih adalah kunci untu bisa memahami seluruh Kitab Suci. Peserta diajak untuk bisa mehami secara lengkap kitab suci dan karakter Bapa yang Berbelas Kasih. 


"Dalam perjanjian lama sering orang melihat sosok Allah yang tidak lengkap, sehingga kita melihat Allah sebagai dasyat, mempunyai kearakter keras, bahkan kadang kejam mengerikan. Banyak teks menampilkan sosok Allah sebagai yang pendendam, pencemburu, pemarah." demikian tutur Romo yang ahli hukum gereja ini. Sebenarnya dibalik semua yang keras-keras itu, Allah mau menunjukkan KEADILANNYA dan keinginanNya agar umat yang dikasihi-Nya tidak tercerai, hancur dan musna baik disebabkan: dari kekuatan dari luar  dan dari dalam mereka sendiri.

Peserta diajak melihat bahwa keadilan dan belaskasih bukanlah hal yang harus dipertentangkan tetapi justru menjadi satu pengalaman yang hadir dalam satu tarikan nafas. Kitab suci kita dibuka justru melalui kisah penciptaan yang menunjukkan kisah Allah yang luarbiasa belaskasih. Keputusan Allah untuk menciptakan alam semesta dan manusia, sikap Allah atas manusia yang mengkianati-Nya menjadi peristiwa yang mengawinkan antara keadilan dan belas kasih.

Peserta juga diajak untuk merenungkan hubungan antara belaskasih dan kesetiaan.Belas kasih dan kesetiaan menjadi pengalaman yang kental bangsa Israel dalam memahami Allahnya. Tragedi menari Babel, kisah eksodus dengan perjanjian Sinai sebagai mahkotanya, kisah nabi-nabi, para hakim, kisah penghancuran dan pembuangan Israel menjadi kisah panjang belaskasih Allah yang setia dengan PENGAMPUNAN-NYA. Belas kasih harus sampai pada pengampunan.

Para Religius diajak dan disadarkan bahwa mereka menjadi bagian dari Gereja, dan Gereja dipanggil untuk menjadi Misionaris Belas Kasih, artinya Gereja harus menjadi sosok yang terdepan dalam gerekan Pertobatan dan Pengampunan. Akhirnya, kesimpulan dari rekoleksi ini adalah: bahawa Cinta hanya bisa dibuktikan dengan kesetiaan Tapi mahkota dari cinta adalah pengampunan. Itulah belas kasih.




Foto-foto bisa anda lihat di: Penyegaran Rohani: Menjadi Religius yang Berbelas Kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar