Selasa, 01 Februari 2011

Sharing Pengalaman dan Harapan akan Misi SCJ Indonesia

“Embrio Misi: Kilas Balik Pengalaman dan Harapan”

Dalam kesempatan assembly yang lalu (26 Januari 2011), Rm. Agustinus Agus Suyono mendapat kesempatan untuk membagikan pengalamannya selama dia berada di Taiwan, dan menyampaikan harapannya berkaitan dengan rencana pembukaan misi SCJ Indonesia di Taiwan. Berikut adalah sharingnya dalam bentuk tulisan:

“Mgr John Baptist Lee (李克勉主教) – Uskup Hsinchu, Taiwan - pernah mengingatkan para imam dalam salah satu kotbahnya, ”Hendaknya kalian bertutur-kata layaknya seorang imam, berpakaian layaknya seorang imam, dan berperilaku layaknya seorang imam. Ketiga hal ini akan menjaga hidupmu sendiri dan menjadi berkat yang hidup bagi umat yang berada di sekitarmu.” Petikan kotbah ini sangat membekas dalam hati saya, dan saya akui sangat berguna bagi imamat saya dalam pengembaraan di Taiwan seorang diri selama 4 tahun.

Kesaksian yang hidup adalah kesaksian tutur-kata, pakaian, dan perilaku yang utuh sesuai dengan cara hidup religius. Saya juga sadar, tidak ada yang mudah untuk seorang pioneer, tapi saya tidak merasa kecil hati meski kadang terasa lelah, mengingatkan diri sendiri untuk tidak menyerah meski hari-hari berlalu dengan sangat lambat. Semua ini membahagiakan karena saya telah melaksanakan dengan rela hati, dan mengusahakan beragam kondisi yang memaksimalkan tanggung jawab perutusan pribadi dan memberi keuntungan bagi arah pelayanan kongregasi di masa depan.

Bermisi itu suatu kehormatan, juga ketika kita merasa berada dalam posisi yang tidak mungkin untuk itu. Saya juga belajar dan terinspirasi oleh keberanian para misionaris SCJ Belanda di Indonesia yang melewatkan banyak tahun dalam kesulitan fisik, juga dengan pengalaman para misionaris domestik di berbagai tempat dengan tantangan yang khas. Mereka telah menuntaskan jawaban kebutuhan Gereja pada zamannya. Semoga saya bisa menjawab kebutuhan Gereja zaman ini, dan bukan Gereja yang harus menjawab kebutuhan saya; semoga saya bisa menjawab kebutuhan kongregasi, dan bukan kongregasi yang harus menjawab kebutuhan saya.”

巨港,2011年01月26日
蘇約諾神父 [Su Yue Nuo Shen Fu] 

-------------------

“Perutusan South Dakota”

Pada kesempatan yang sama, Rm. Christianus Hendrick juga membagikan pengalamannya sebagai misionaris di Amerika Serikat di tengah orang-orang Indian:

Misi South Dakota ini adalah misi kita bersama, itulah sepotong keyakinan yang saya bawa ketika saya mengatakan ‘YA’ dan memulai misi yang ‘aneh’ ini. Aneh, karena memang kenyataannya rencana dan kehendak Tuhan selalu sulit ditebak. Dan memang rencanaNya sering bukan untuk dimengerti, tetapi untuk diikuti dengan penuh kesetiaan.

Benar bahwa saya adalah orang Indonesia yang pertama yang diutus mengawali perjalanan misi South Dakota ini. Tetapi saya yakin juga bahwa saya bukanlah orang yang terakhir dalam perutusan ini, terbukti SCJ propinsi Indonesia segera mengirim teman berikutnya untuk bersama-sama menjalankan misi perutusan di antara orang-orang Indian ini. Itulah yang memperkuat keyakinan saya bahwa memang ini adalah misi kita bersama, tanggungjawab kita bersama dan perwujudan kepedulian kita bersama akan pelayanan-pelayanan gereja yang mendunia.

Tentu saja dalam kenyataannya keyakinan akan misi bersama ini harus berhadapan dengan kenyataan-kenyataan yang tidak mudah. Suasana penghayatan karya misi yang berbeda dalam konteks propinsi SCJ Amerika, situasi bahasa, budaya, tradisi dan lingkungan yang secara ekstrem berbeda dengan Indonesia; semuanya menuntut untuk “menterjemahkan” pemahaman akan “misi bersama” ini secara lebih konkret dan membumi. Syukurlah bahwa pengalaman-pengalaman masa lalu lebih dari cukup menempa saya untuk menjadi siap akan segala kemungkinan situasi yang menuntut banyak perubahan-perubahan dan adaptasi terhadap banyak hal yang baru di tempat misi yang semula terasa asing ini.

Dalam konteks gereja dan umat di South Dakota yang menuntut suatu bentuk ‘pelayanan perdamaian’, membangun semangat rekonsisiali antar umat, antar budaya, tradisi dan kepercayaan yang memuat ketegangan-ketegangan tertentu; saya mencoba hadir sebagai orang yang diutus untuk mulai pertama-tama berdamai dulu dengan diri sendiri, masa lalu, dunia dulu dan sekarang, bahkan berdamai dengan Allah sendiri yang sering tak terpahami cara-Nya memanggil dan mengutus rasul-rasul-Nya.

Dukungan doa-doa, support dan bentuk keterlibatan apapun dari para konfrater baik di Indonesia maupun di Amerika tentu sangat saya butuhkan. Dan saya sudah merasakannya, sedang mengalaminya dan akan terus menerimanya dalam berbagai bentuk dari para konfrater sekalian. Semoga karya perutusan ini boleh menjadi salah satu bentuk juga persembahan diri saya kepada kongregasi dan gereja setempat. Semoga saya sungguh mampu menjadi pelayan perdamaian bagi dunia dan masyarakat di mana saya diutus.

Oleh: Rm. Christ. Hendrick, SCJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar