![]() |
Rm. Priyo SCJ (Rektor Skolastikat SCJ) dan Bp. Wied Harry |
Pada hari Minggu 30 November 2014
Skolastikat SCJ menjadi tempat untuk seminar bertajuk “Hallelujah Diet” dengan
narasumber Bp. Wied Harry Apriadji, seorang pakar gizi dan ahli masak sehat
alami. Sejak tahun 2000 ia mempraktekkan pola makan food combining (metode pengaturan asupan makanan yang diselaraskan
dengan mekanisme alamiah tubuh, khususnya yang berhubungan dengan sistem
pencernaan). Ia mengutamakan hidangan vegetarian dan raw foods sebagai makanannya. Ia telah menulis
lebih dari 70 buku, yang bertema tentang menu dan pola makanan sehat.
Seminar ini merupakan bagian dari
baksos (bakti sosial) yang diadakan
oleh Bp. Wied Harry yang mempunyai kepedulian terhadap kesehatan para imam,
biarawan/biarawati. Menurutnya, saat ini banyak penyakit yang disebabkan oleh
pola makan yang tidak teratur. Dan para imam, biarawan-biarawati pun mengalami
permasalahan ini.
Peserta seminar terdiri dari para
romo dan frater SCJ, Rm Widi OMI, frater-frater OCSO, OSA, MSF, OMI, OCD, CMF
dan beberapa konvik lain serta beberapa karyawan/karyawati yang bekerja di
konvik-konvik.
Bp Wied menjelaskan bahwa “Hallelujah Diet” ini merupakan sebuah
program pengaturan pola makan secara Alkitabiah. Program ini diprakarsai oleh
Pdt. George Malkmus. Dalam Kej 1:29 diungkapkan bagaimana pola makan seperti
yang dikehendaki Allah: “Berfirmanlah
Allah: Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di
seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu”. Inilah
makanan yang diberikan Allah bagi manusia.
“Sebelum peristiwa
air bah, umur manusia bisa mencapai lebih dari 900 tahun. Tapi sesudah
peristiwa air bah, saat di mana manusia mulai makan daging-dagingan, umur
manusia mulai berkurang tinggal 140 tahunan,” ulas Bp Wied. Dalam seminarnya, Bp Wied
mendasarkan pada Kej 9:3 yang mengatakan “Segala
yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan
semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau”. Menurutnya, ayat ini
sering dipakai sebagai legitimasi bahwa manusia boleh makan apa saja.
Menanggapi hal ini, Bp Wied meminta supaya kalimat “seperti juga
tumbuh-tumbuhan hijau” tetap digarisbawahi. Tumbuh-tumbuhan (sayuran,
buah-buahan) harus tetap menjadi menu utama.
Memang disadari bahwa semakin lama, manusia nampaknya berumur lebih pendek.
Hal ini tak lepas dari pola dan menu makanan yang disantap. Terlebih lagi saat
ini, berbagai macam makanan instan tersedia dengan mudah. Dan ternyata di balik
makanan-makanan tersebut terdapat aneka macam unsur “pembunuh” manusia.
Dalam seminar ini, para peserta
diajak untuk menyadari kembali bagaimana pola makan selama ini. Peserta juga
diajak untuk mengatur pola makan yang sehat, khususnya dengan semakin memperbanyak
konsumsi sayuran dan buah-buahan segar (tanpa dimasak).
Selama seminar ini para peserta
juga menikmati snack cake terong dan pisang rae. Dan pada saat makan siang, para peserta mulai
menyantap menu sehat yang disiapkan oleh Tim yang dikoordinatori oleh mbak
Dian. Sore harinya, para frater SCJ diajak untuk mempersiapkan menu makan malam
100% Raw Food a la Wied Harry
yang terdiri dari: raw rice (terdiri
dari: bengkoang, ubi jalar merah, jagung manis muda, kelapa muda), urap serai
asam pedas, tempe bakar penyet sambal matah, tongseng tahu kacang ijo. Tak ada
nasi seperti biasanya. Dan bahkan semua makanan ini dihidangkan tanpa dimasak.
“Semangat para romo & frater sungguh luar biasa!
Demi sehat; raw rice (bengkoang, ubi jalar merah,
jagung manis muda, kelapa muda) disikat habis. Ditemani urap serai asam pedas
sayuran, tempe bakar penyet sambal matah, tongseng tahu kacang ijo. Yukk
marreee ...” demikian tulis Bp Wied Harry dalam facebook-nya sembari mengunggah foto-foto kegiatan.
St. Sigit Pranoto SCJ
(Frater Skolatik yang menyelesaikan S2 di Yogyakarta)
Foto-foto (Doc. Skolastikat scj dan bp. Wied Harry) bisa dilihat di:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar